Semua hal di dunia ini punya batas. Fakta ini tak akan bisa dibantah. Begitulah semesta mengaturnya. Tatanan ini tak boleh dirubah dan telah benar-benar di jaga oleh Sang Pencipta. 

Begitu juga dengan akal yang membuat Manusia istimewa. Akal adalah keistimewaan manusia. Dengan akal manusia mampu berbuat hal-hal luar biasa bahkan melebihi kemampuan pisik. Dengan akal manusia mampu membuat pesawat terbang dan menjelajah jagat raya. Penemuan teknologi yang luas biasa merupakan hasil adanya akal di kepala manusia dan ilmu pengetahuan adalah pencapaian terbesar manusia.

Tapi jangan sombong dulu! akal dengan segala kehebatannya, tetap saja punya batas. Buktinya, lihatlah sekeliling kita, banyak yang tidak bisa dijelaskan dengan logika akal. Sekeras apapun anda berpikir sampai botak maka makin banyak pertanyaan muncul dibenak anda. Jawaban sebuah pertanyaan akan memunculkan rangkaian pertanyaan lain. Ini adalah bukti bahwa akal punya batas, hingga akhirnya "energi" yang membuat otak Anda bekerja kehabisan "energi" dan padam.

Artinya, bukan berarti kita tidak perlu berpikir dalam rangka memakmasimalkan akal, tapi kesadaran bahwa akal punya batas adalah hal penting yang harus dipahami. Inilah alasan kenapa Tuhan menciptakan kesadaran spiritual sebagai penyeimbang akal untuk memberi rambu-rambu batas-batas akal. Ilmu pengetahuan adalah penemuan akal dan spiritual adalah kesadaran.

Spiritualisme tidak banyak membutuhkan akal. Ia adalah keyakinan dan kepercayaan absolut terhadap sesuatu. Tak perlu logika dan rasionalitas. Spiritualisme berada di level puncak kesadaran. 

Akal yang ada nafsu di dalamnya, harus punya batas-batas. Bentuk pertanggungjawaban keberadaan manusia. Batas-batas berprilaku. Kalau tidak apa istimewanya manusia yang dianugerahkan akal.

........

Ramadhan, Takengon 25 April