Perkembangan Sosial Anak

Sosialisasi merupakan suatu proses dimana individu terutama anak melatih kepekaan dirinya terhadap rangsangan-rangsangan sosial terutama tekanan-tekanan dan tuntutan kehidupan (kelompoknya) serta belajar bergaul dengan tingkah laku, seperti orang lain dalam lingkungan sosialnya.

Perkembangan sosial anak prasekolah ditandai dengan bermulanya perkembangan persahabatan. Pada umumnya ketika berusia 4 tahun mereka sudah dapat menjaga persahabatan yang dibina.[1] Ketika anak berhadapan dengan temannya, anak akan menunjukkan sikap yang seringkali lebih besar, lebih mudah bekerjasama, lebih positif dan lebih menunjuk pada ketidak setujuan. Berkat perkembangan sosial, anak dapat menyesuaikan dirinya dengan kelompok teman sebaya maupun lingkungan masyarakat sekitarnya.[2] Kecakapan sosial yang dimiliki anak sejalan dengan tahapan psikososialnya. Ketika memasuki usia prasekolah anak akan memasuki dunia sosial yang lebih luas dibandingkan dengan usia sebelumnya. Anak biasanya sudah mulai memasuki lembaga pendidikan yang memungkinkan mereka berinteraksi dengan orang-orang di luar struktur keluarga, seperti ibu guru dan teman sebaya.

Karakteristik Perkembangan Sosial Anak Usia pada 4-5 Tahun

Ada beberapa karakteristik perkembangan pada anak prasekolah yakni:

a. Mulai senang bergaul dengan teman.

b. Anak ingin sekali disukai oleh teman-temannya. Ia ingin bisa bermain dengan sebanyak mungkin teman. Anak mulai memahami bahwa fungsi pertemanan termasuk didalamnya aturan untuk berbagi, memberi dukungan, bergantian dan berbagai keterampilan sosial lainnya.

c. Meniru kegiatan orang lain, anak berada dalam tahap indentifikasi, meniru gerakan atau mimic yang dilakukan orang lain.

d. Menunjukan rasa saying kepada saudara-saudaranya, ini ditunjukan dengan cara mengucapkan, memeluk dan mencium adik atau kakaknya.

e. Senang menirukan lagu dan dongeng-dongeng, anak senang berdendang lagu yang ia senangi dan senang mengulang cerita yang didengarkan.

f. Mulai mandiri dalam mengerjakan tugas, anak meningkatkan usaha agar dapat melaksanakan tugas-tugas yang berkaitan dengan sehari-hari, seperti mulai mampu untuk buang air kecil sendiri baik.

g. Mulai mengerti bagaimana perilaku berhubungan konsekuensi. Sebagai contoh ketika anak tidak diajak bermain oleh teman sebayanya lalu anak tersebu merspon dengan cara menangis dan marah. Pada saat bersamaan anak belajar menemukan perilaku mana yang tidak diterima oleh teman sebayanya serta anak belajar menemukan dan menunjukan berbagai bentuk emosi dirinya dan temannya.

h. Berbagi benda-benda dengan anak lain ketika diminta.[3]

Berdasarkan pengertian diatas dapat diambil kesimpulan perkembangan sosial emosi anak usia 4-5 tahun adalah anak lebih senang bermain, berpura-pura, mulai sangat senang mencari teman, meniru tingkah laku orang lain dan sudah dapat berinteraksi dengan keadaan sekitar lingkungan.

............................................


[1] Winda Gunarti (2010), Metode Pengembangan Prilaku dan Kemampuan Dasar Anak Usia Dini, Jakarta: Universitas Terbuka, hal. 3.21

[2] Syamsu Yusuf L.N. (2013), Perkembagan Peserta Didik, Jakarta: Rajawali Press, cet. IV, hal. 66

[3] Anggani Sugono (2006) Sumber Belajar dan Alat Permainan Untuk Pendidikan Anak Usia Dini Jakarta: Grasindo, hal 45-48