Kualitas pendidikan anak usia dini (PAUD) dipengaruhi banyak factor, diantaranya eksistensi anak itu sendiri, orang tua, lingkungan, kualitas perlakuan dan layanan (program stimulasi/pemberian pengalaman) dan sebagainya. Dalam konteks pembelajaran PAUD terutama yang dikaitkan dengan system kelembagaan, lebih khusus pada paud jalur formal keseluruhan pengembangan dan pencerdasan pada anak usia dini terakumulasi dalam suatu proses yang dikenal dengan layanan atau program pembelajaran.
Layanan atau program pembelajaran yang bermutu dan dianggap dapat mengantarkan anak-anak usia dini berkembang sesuai harapan adalah layanan yang terus menerus dievaluasi (dinilai) dan ditindak lanjuti secara tepat. Usaha peningkatan kualitas pendidikan dapat ditempuh melalui peningkatan kualitas pembelajaran dan kualitas system penilaian.[1] Keduanya saling terkait, system pembelajaran yang baik akan menghasilkan kualitas belajar yang baik. Selanjutnya system penilaian yang baik akan mendorong guru (pendidik) untuk menentukan strategi dan cara-cara mengajar yang baik dan memotivasi anak untuk belajar yang lebih baik.
Sehubungan dengan hal tersebut, maka didalam pembelajaran PAUD dibutuhkan guru yang tidak hanya mampu melayani, menstimulasi anak dengan baik tetapi juga mampu melakukan evaluasi dengan baik. Karena kegiatan penilaian harus dapat memberikan informasi kepada guru untuk meningkatkan kemampuan mengajarnya dan membantu peserta didik mencapai perkembangannya secara optimal.
Dengan demikian salah satu factor yang penting untuk mencapai tujuan pendidikan PAUD adalah proses layanan/ stimulasi atau pembelajaran yang dilakukan , sedangkan salah satu factor penting untuk efektivitasnya adalah factor evaluasi baik terhadap proses maupun hasilnya.
“Penilaian adalah proses memberikan atau menentukan terhadap hasil belajar tertentu berdasarkan suatu kriteria tertentu” (Asep Jihad dan Abdul Haris, 2013: 55). Penilaian pada anak usia dini hendaknya lebih didasarkan pada kemajuan belajar atau perkembangan individual. Guru harus menganggap bahwa semua anak dalam kondisi apapun harus dikembangkan potensinya secara optimal sesuai dengan kapasitas masing-masing. Slamet Suyanto (2005: 195) menyatakan bahwa asesmen untuk anak TK adalah suatu proses pengamatan, pencatatan, dan pendokumentasian kinerja dan karya siswa dan sebagaimana ia melakukannya sebagai dasar pengambilankeputusan pendidikan anak yang berguna bagi siswa.
Penilaian mempermudah guru dalam mengetahui potensi, karakter, kelebihan, dan kekurangan yang dimiliki oleh anak. Selain itu, portofolio juga membantu guru dalam penilaian proses, terutama dalam memperbaiki strategi dan metode pembelajaran yang telah digunakan yang mungkin dirasa kurang efektif. Hasil karya anak dalam kegiatan pembelajaran tidak hanya dikumpulkan kemudian dibagikan pada akhir semester atau akhir tahun pembelajaran. Hasil karya anak harus dianalisis secara kolaboratif dengan melibatkan guru, anak, dan orang tua. Dengan mengetahui bakat, minat, kelebihan, dan kelemahan anak maka guru bersama - sama dengan orang tua dapat memberi bantuan belajar yang tepat untuk anak tersebut sehingga diperoleh hasil belajar yang optimal.
Pengembangan keterampilan motorik sanat memerlukan bantuan orang tua atau pembimbing untuk melatih dalam pertumbuhannya, sehingga potensi motorik anak bisa berkembang secara optimal. Gerak motorik baru bagi anak usia dini memerlukan pengulangan-pengulangan dan bantuan orang lain, pengulangan itu merupakan bagian dari belajar. Setiap pengulangan dalam keterampilan baru, memerlukan konsentrasi untuk melatih koneksivitas dan koordinasi gerak dengan indra lainnya. Dengan kegiatan motorik anak dapat melakukan kegiatan keterampilan dan mengungkapkan ide-ide yang ada agar mampu menciptakan suatu karya sendiri.
Pengembangan keterampilan motorik merupakan keterampilan salah satu pengembangan dasar di TK yang dalam kegiatannya kegiatan motorik kasar dan motorik halus. Kegiatan motorik kasar terdiri dari gerakan-gerakan seperti berjalan, berlari, melompat, naik dan turun tangga, sedangkan kegiatan motorik halus anak lebih pada penggunaan gerak jari-jari tangan, seperti menulis, menggambar dan memotong.[2] Perkembngan motorik merupakan perubahan kemampuan gerak dari bayi sampai dewasa yang melibatkan berbagai aspek prilaku dan kemampuan gerak. Seringnya anak melakukan kegiatan motorik halusdan dengan didukung oleh media kreatif atau alat pembelajaran yang digunakanakan lebih mengembangkan imajinasi dan kreatifitasnya. Dalam kegiatan motorik halus harus ada koordinasi antara mata tangan dan pikiran.
Kemampuan motorik terutama motorik halus akan semakin berkembang jika guru memberikan perhatian dan dorongan kepada anak. Kemampuan guru dlam membimbing dan menyediakan media, alat dan bahan yang tepat dalam pelaksanaan kegiatan dan juga dengan kemauan dan kemampuan dari dalam diri anak sehingga anak dapat memiliki perhatian dan daya tangkap yang baik untuk merespon kegiatan agar kemampuan motorik halusnya dapat meningkat.
Salah satu kemampuanmotorik halus yang mesti dikembangkan dalam pendidikan di TK adalah kreatifitas anak, khususnya kemampuan anak dalam menggambar. Karena menggambar merupakan jenis kegiatan yang sangat disukai anak untuk mengembangkan daya cipta dan kreativitas anak dengan cara menuangkan semua ide dan imajinasinya melalui coretan dan goresan dan mengakhirinya dengan masa pembuatan gambar-gambar yang mirip dengan benda yang digambar. Menggambar itu sendiri merupakan jenis kegiatan yang universal yang disukai dan dilakukan oleh anak-anak dari berbagai bangsa dan berbagai zaman. Meningkatnya kemampuan seorang anak dalam bidang motorik halusnya dapat dilihat dari hasil penilaian menggambar yang dilakukan oleh guru.
..................................
[1] Djemari Mardapi dalam Ali Nugraha, Diktat Evaluasi pengajaran PAUD, Jakarta: Universitas Pendidikan Indonesia, hal.3