Pendidikan dapat diartikan sebagai sebuah proses dengan metode-metode tertentu sehingga orang memperoleh pengetahuan, pemahaman, dan cara bertingkah laku sesuai dengan kebutuhan.[1]Upaya meningkatkan kualitas pendidikan telah dilakukan terus menerus, baik dilakukan secara konvensional maupun inovatif. Pemerintah juga sudah melakukan banyak upaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan. Salah satu upaya yang telah dilaksanakan adalah mengembangkan kurikulum. Pengembangan kurikulum dilakukan karena kurikulum tidak hanya sebagai bagian yang menentukan perwujudan masyarakat masa depan sebagaimana dicita-citakan bangsa, tetapi juga harus selalu mengikuti tuntutan perubahan. Atas dasar hal tersebut maka lahir kurikulum baru, yaitu kurikulum 2013.

Kurikulum dalam bidang pendidikan dan pembelajaran menduduki posisi strategis dalam menentukan arah dan ketercapaian tujuan pendidikan, kurikulum menentukan ragam kompetensi yang ingin dicapaidari suatu proses pendidikan/ pembelajaran meskipun bukan satu-satunya penentu mengingan banyak supporting condition yang perlu diperhatikan.

Kurikulum dalam interaksinya dengan perkembangan masyarakat dan ilmu pengetahuin selalu bersifat dinamis, kurikulum tidak hanya sebagai bagian yang menentukan perwujudan masyarakat masa depan sebagaimana dicita citakan bangsa, tapi juga harus selalu mengikuti tuntutan perubahan, sehingga perubahan dan atau perbaikan kurikulum merupakan sunnah social yang tidak bisa dihindari. Untuk itu lahirnya Kurikulum 2013 merupakan konsekwensi logis meskipun banyak hal yang perlu dikritisi dan dipertimbangkan terutama dalam implementasinya di lapangan.

Lahirnya Kurikulum 2013 tidak terlepas dari kenyataan bahwa mutu pendidikan di Indonesia masih relative rendah disbanding beberapa negara lain yang menjadi patok mutu (benchmark). Hasil penelitian yang dilakukan secara internasional menunjukan hal tersebut. PIRLS (Progress in International Reading Literacy Study) yang mengkaji (2006) tenang kemampuan baca siswa Sekolah Dasar, menunjukan bahwa Indonesia berada dibawah pada urutan kelima dari bawah, diatas Qatar,Kuwait, Maroko dan Afrika Utara, ini menunjukan bahwa dilingkungan ASEAN saja Indonesia tertinggal. PISA (Programme for International Student Assessment) melakukan penelitian secara berkala untuk siswa SMP dan SMA dalam reading literacy, mathematics literacy, dan scientific literacy, dalam ketiga hal tersebut Indonesia berada dalam kelompok Bawah, demikian juga penelitian yang dilakukan TIMMS (Trends in International Matematics and Science Study) menunjukan hal yang sama bahwa siswa Indonesia menduduki posisi bawah, bahkan secara relatif menunjukan penurunan.[2]


Kondisi ini jelas menimbulkan keprihatinan dan sekaligus dorongan untuk terus berupaya meningkatkan mutu pendidikan melalui berbagai kebijakan, baik terkait dengan sarana prasarana, Tenaga Pendidikan, maupun Kurikulum yang belakangan ini menjadi trend pendidikan persekolahan di Indonesia, dan Kurikulum 2013 pada dasarnya merupakan upaya untuk memperbaiki proses pendidikan/pembelajaran pada jalur pendidikan formal atau sekolah.namun demikian implementasinya jelas tidak sederhana, banyak hal yang harus dicermati dan dipersiapkan, yang apabila tidak dilakukan maka kurikulum 2013 hanya akan menjadi teks tanpa dampak signifikan bagi peningkatan mutu pendidikan di Indonesia

Kurikulum 2013 juga sebagai bentuk penyempurnaan kurikulum-kurikulum sebelumnya. Kebijakan pemerintah dengan menerapkan kurikulum 2013 ini tidak akan berjalan dengan baik dan mencapai kesuksesan apabila tidak didukung semua pihak. Pihak-pihak yang ikut mendukung kesuksesan kurikulum 2013 diantaranya adalah peran masyarakat, pendidik dan tenaga kependidikan, pengawas, kepala sekolah, bahkan komite sekolah

Kepala sekolah adalah sesorang memimpin sekolah dan harus memiliki jiwa kepemimpinan. Kepemimpinan merupakan salah satu factor yang sangat penting dalam suatu organisasi karena sebagiab besar keberhasilan ditentukan oleh pemimpin, hal ini selaras dengan penuturan Solahudin “kepemimpinan adalah kemampuan meyakinkan dan menggerakkan orang lain agar mau bekerjasama dibawah kepemimpinannya sebagai suatu tim untuk mencapai suatu tujuan tertentu”.[3]

...........................


[1]Muhibbin Syah (2003), Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, Bandung: Remaja Rosda Karya, hal. 10


[2] http://www.ispi.or.id/2014/03/23/kurikulum-2013-konsepsi-implementasi-dan-peran-kepala-sekolah/


[3] Sadili Samsudin (2006), Manajemen Sumber Daya Manusia, Bandung: Pustaka Setia, hal.287