Guru adalah sosok pendidik yang mampu menjadi panutan dan selalu memberikan teladan.[1] Keberhasilan pendidikan di Taman Kanak-kanak salah satu penentunya adalah seorang guru. Interaksi guru dengan anak mempunyai pengaruh besar terhadap keberhasilan anak didik. Kemampuan bercerita harus dimiliki oleh seorang guru Taman Kanak-Kanak. Dengan bercerita akan menarik perhatian anak didik.
“Teknik bercerita dapat membuat anak didik lebih mudah memahami pesan yang hendak disampaikan guru, selain menarik perhatian dan tidak membosankan, cerita juga dapat mendekatkan kita kepada anak didik. Meski terdengar sederhana ada banyak hal yang harus diperhatikan ketika bercerita kepada anak didik. Misalnya bagaimana guru bercerita kepada anak dihadapan anak didik dengan gaya belajar yang berbeda-beda? Oleh karenanya gaya bahasa, gaya mimik muka dan gerak kinestetik yang ditampilkan saat bercerita mewakili anak-anak dengan tiga gaya berbeda tadi.” [2]
Kemampuan bercerita tidak timbul begitu saja tetapi memerlukan persiapan yang matang serta latihan terus menerus dan harus menguasai, berlatih dalam irama dan modulasi suara terus menerus dan menciptakan situasi emosional sesuai tuntutan cerita.
1. Kriteria Pemilihan Cerita
Kemampuan bercerita dalam metode bercerita harus didukung dengan cerita yang baik. Terdapat kriteria cerita yang baik sebagai berikut:[3]
a. Menarik dan memikat, kriteria pemilihan cerita seharus harus memikat anak namun harus juga memikat guru sehingga guru sungguh-sungguh bercerita.
b. Sesuai dengan kepribadian anak, cerita harus sesuai dengan kepribadian anak, gaya dan bakat anak agar memiliki daya mendapat perhatian anak dan terlibat aktif dalam kegiatan bercerita
c. Sesuai usia anak, cerita harus sesuai dengan tingkat usia dan kemampuan anak dalam mencerna isi cerita. Cerita juga harus pendek dalam rentang perhatian anak.
Pemilihan kriteria cerita selain harus memperhatikan usia daan kepribadian anak juga harus berkaitan dengan dunia kehidupan anak, sehingga anak dapat lebih memahami isi cerita selain itu cerita harus memberikan rasa gembira, lucu dan mengasikan bagi anak, memberikan pengalaman unik, menggetarkan dan memotivasi anak untuk terus mengikuti cerita tersebut.
2. Teknik Membaca Cerita
Dalam metode bercerita terdapat bentuk-bentuk metode bercerita yang digunakan di Taman Kanak-Kanak yakni:[4]
a. Membaca langsung dari buku
Bercerita dengan membaca langsung itu sangat bagus bila guru mampunyai puisi atau prosa yang sesuai untuk dibacakan kepada anak Taman Kanak-Kanak. Ukuran kebagusan puisi atau prosa itu terutama ditekankan pada pesan-pesan yang disampaikan yang dapat ditangkap anak: memahami perbuatan itu salah dan perbuatan ini benar, atau hal ini bagus dan hal itu jelek, atau kejadian itu lucu, kejadian itu menarik.
b. Menggunakan ilustrasi gambar
Cerita yang disampaikan pada anak Taman Kanak-Kanak yang tidak terlalu panjang dan ditambahkan ilustrasi gambar dari buku yang dapat menarik perhatian anak, maka teknik bercerita ini akan berfungsi dengan baik.
c. Menceritakan dongeng
Mendongeng merupakan cara meneruskan warisan budaya dari satu generasi ke generasi yang berikutnya. Dongeng dapat dipergunakan untuk menyampaikan pesan-pesan kebajikan kepada anak.Oleh karena itu, seni dongeng perlu dipertahankan dari kehidupan anak.
d. Bercerita dengan menggunakan papan flanel
Membuat papan flanel dengan melapisi seluas papan dengan kain flannel yang berwarna netral, misalnya warna abu-abu. Gambar tokoh- tokoh yang mewakili perwatakan dalam ceritanya digunting polanya pada kertas yang di belakangnya dilapis dengan kertas gosok yang paling halus untuk menempelkan pada papan flannel supaya dapat melekat.
e. Bercerita dengan menggunakan boneka
Bercerita dengan menggunakan boneka akan tergantung pada usia dan pengalaman anak. Biasanya boneka itu terdiri dari ayah, ibu, anak laki-laki dan anak perempuan, nenek, kakek dan bisa ditambahkan anggota keluarga yang lain. Boneka yang dibuat itu masing-masing menunjukkan perwatakan pemegang peran tertentu.
Sesuai dengan manfaat penggunaan metode bercerita bagi anak TK yang telah dikemukakan, kegiatan bercerita merupakan salah satu cara yang ditempuh guru untuk memberi pengalaman belajar agar anak memperoleh penguasaan isi cerita yang disampaikan lebih baik. Melalui cerita anak menyerap pesan-pesan yang dituturkan melalui kegiatan bercerita.Penuturan cerita yang sarat informasi atau nilai-nilai itu dihayati anak dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
3. Prosedur Penerapan Metode Cerita
Metode bercerita sebagai salah satu strategi pembelajaran yang memiliki mamfaat besar bagi pencapaian tujuan pendidikan anak usia dini dalam penerapannya guru harus dahulu menerapkan rancangan dan prosedur langkah-langkah yang dilakukan dalam bercerita, yakni:[5]
1. Menetapkan tujuan dan tema cerita, yakni menetapkan kegiatan bercerita menjadi terarah dan bermanfaat bagi anak.
2. Menetapkan bentuk cerita yang dipilih, yakni menetapkan bentuk cerita yang sesuai dengan tema yang telah ditentukan sebelumnya.
3. Menetapkan bahan dan alat dalam kegiatan bercerita, yakni guru menyesuaikan bahan dan alat dalam kegitan bercerita dengan bentuk cerita yang dipilih.
4. Menetapkan rancangan langkah-langkah kegiata bercerita, yakni urutan yang dilakukan guru ketika bercerita dengan mengkomunikasikan tujuan tema cerita dan mengatur tempat duduk anak.
Penerapan prosedur metode bercerita ini diperlukan agar penerapan pembelajaran melalui metode bercerita dapat berjalan dengan baik, sesuai yang diharapkan.
[1] Windisyah Putra, Menghadirkan Lembaga Paud Ideal di Indonesia, (Takengon: CV. Media Utama, 2012), hal. 92
[2] Ucu Sulastri, Wahyudi, Super Teaching (Jakarta: PT. Luxima Metro Media, 2014), hal. 61-62
[3] Masitoh, dkk, Strategi Pembelajaran TK, (Jakarta: Pusat Penerbitan Universitas Terbuka, 2004), hal. 10.3
[4] Moeslichatoen, Metode Pengajaran di Taman – kanak ( Jakarta: Rineka Cipta, 2004), hal. 170-171
[5] Masitoh, dkk, Strategi Pembelajaran TK…, hal. 10.3
“Teknik bercerita dapat membuat anak didik lebih mudah memahami pesan yang hendak disampaikan guru, selain menarik perhatian dan tidak membosankan, cerita juga dapat mendekatkan kita kepada anak didik. Meski terdengar sederhana ada banyak hal yang harus diperhatikan ketika bercerita kepada anak didik. Misalnya bagaimana guru bercerita kepada anak dihadapan anak didik dengan gaya belajar yang berbeda-beda? Oleh karenanya gaya bahasa, gaya mimik muka dan gerak kinestetik yang ditampilkan saat bercerita mewakili anak-anak dengan tiga gaya berbeda tadi.” [2]
Kemampuan bercerita tidak timbul begitu saja tetapi memerlukan persiapan yang matang serta latihan terus menerus dan harus menguasai, berlatih dalam irama dan modulasi suara terus menerus dan menciptakan situasi emosional sesuai tuntutan cerita.
1. Kriteria Pemilihan Cerita
Kemampuan bercerita dalam metode bercerita harus didukung dengan cerita yang baik. Terdapat kriteria cerita yang baik sebagai berikut:[3]
a. Menarik dan memikat, kriteria pemilihan cerita seharus harus memikat anak namun harus juga memikat guru sehingga guru sungguh-sungguh bercerita.
b. Sesuai dengan kepribadian anak, cerita harus sesuai dengan kepribadian anak, gaya dan bakat anak agar memiliki daya mendapat perhatian anak dan terlibat aktif dalam kegiatan bercerita
c. Sesuai usia anak, cerita harus sesuai dengan tingkat usia dan kemampuan anak dalam mencerna isi cerita. Cerita juga harus pendek dalam rentang perhatian anak.
Pemilihan kriteria cerita selain harus memperhatikan usia daan kepribadian anak juga harus berkaitan dengan dunia kehidupan anak, sehingga anak dapat lebih memahami isi cerita selain itu cerita harus memberikan rasa gembira, lucu dan mengasikan bagi anak, memberikan pengalaman unik, menggetarkan dan memotivasi anak untuk terus mengikuti cerita tersebut.
2. Teknik Membaca Cerita
Dalam metode bercerita terdapat bentuk-bentuk metode bercerita yang digunakan di Taman Kanak-Kanak yakni:[4]
a. Membaca langsung dari buku
Bercerita dengan membaca langsung itu sangat bagus bila guru mampunyai puisi atau prosa yang sesuai untuk dibacakan kepada anak Taman Kanak-Kanak. Ukuran kebagusan puisi atau prosa itu terutama ditekankan pada pesan-pesan yang disampaikan yang dapat ditangkap anak: memahami perbuatan itu salah dan perbuatan ini benar, atau hal ini bagus dan hal itu jelek, atau kejadian itu lucu, kejadian itu menarik.
b. Menggunakan ilustrasi gambar
Cerita yang disampaikan pada anak Taman Kanak-Kanak yang tidak terlalu panjang dan ditambahkan ilustrasi gambar dari buku yang dapat menarik perhatian anak, maka teknik bercerita ini akan berfungsi dengan baik.
c. Menceritakan dongeng
Mendongeng merupakan cara meneruskan warisan budaya dari satu generasi ke generasi yang berikutnya. Dongeng dapat dipergunakan untuk menyampaikan pesan-pesan kebajikan kepada anak.Oleh karena itu, seni dongeng perlu dipertahankan dari kehidupan anak.
d. Bercerita dengan menggunakan papan flanel
Membuat papan flanel dengan melapisi seluas papan dengan kain flannel yang berwarna netral, misalnya warna abu-abu. Gambar tokoh- tokoh yang mewakili perwatakan dalam ceritanya digunting polanya pada kertas yang di belakangnya dilapis dengan kertas gosok yang paling halus untuk menempelkan pada papan flannel supaya dapat melekat.
e. Bercerita dengan menggunakan boneka
Bercerita dengan menggunakan boneka akan tergantung pada usia dan pengalaman anak. Biasanya boneka itu terdiri dari ayah, ibu, anak laki-laki dan anak perempuan, nenek, kakek dan bisa ditambahkan anggota keluarga yang lain. Boneka yang dibuat itu masing-masing menunjukkan perwatakan pemegang peran tertentu.
Sesuai dengan manfaat penggunaan metode bercerita bagi anak TK yang telah dikemukakan, kegiatan bercerita merupakan salah satu cara yang ditempuh guru untuk memberi pengalaman belajar agar anak memperoleh penguasaan isi cerita yang disampaikan lebih baik. Melalui cerita anak menyerap pesan-pesan yang dituturkan melalui kegiatan bercerita.Penuturan cerita yang sarat informasi atau nilai-nilai itu dihayati anak dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
3. Prosedur Penerapan Metode Cerita
Metode bercerita sebagai salah satu strategi pembelajaran yang memiliki mamfaat besar bagi pencapaian tujuan pendidikan anak usia dini dalam penerapannya guru harus dahulu menerapkan rancangan dan prosedur langkah-langkah yang dilakukan dalam bercerita, yakni:[5]
1. Menetapkan tujuan dan tema cerita, yakni menetapkan kegiatan bercerita menjadi terarah dan bermanfaat bagi anak.
2. Menetapkan bentuk cerita yang dipilih, yakni menetapkan bentuk cerita yang sesuai dengan tema yang telah ditentukan sebelumnya.
3. Menetapkan bahan dan alat dalam kegiatan bercerita, yakni guru menyesuaikan bahan dan alat dalam kegitan bercerita dengan bentuk cerita yang dipilih.
4. Menetapkan rancangan langkah-langkah kegiata bercerita, yakni urutan yang dilakukan guru ketika bercerita dengan mengkomunikasikan tujuan tema cerita dan mengatur tempat duduk anak.
Penerapan prosedur metode bercerita ini diperlukan agar penerapan pembelajaran melalui metode bercerita dapat berjalan dengan baik, sesuai yang diharapkan.
[1] Windisyah Putra, Menghadirkan Lembaga Paud Ideal di Indonesia, (Takengon: CV. Media Utama, 2012), hal. 92
[2] Ucu Sulastri, Wahyudi, Super Teaching (Jakarta: PT. Luxima Metro Media, 2014), hal. 61-62
[3] Masitoh, dkk, Strategi Pembelajaran TK, (Jakarta: Pusat Penerbitan Universitas Terbuka, 2004), hal. 10.3
[4] Moeslichatoen, Metode Pengajaran di Taman – kanak ( Jakarta: Rineka Cipta, 2004), hal. 170-171
[5] Masitoh, dkk, Strategi Pembelajaran TK…, hal. 10.3