Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah suatu pendidikan yang membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani anak dari sejak lahir sampai usia enam tahun melalui pengalaman dan stimulasi yang bersifat mengembangkan dan menyeluruh sehingga anak dapat berkembangan secara sehat dan optimal.[1]

Dalam undang- undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasinal dinyatakan bahwa:“Pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditunjukkan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membentuk pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani anak agar mereka memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan yang lebih lanjut. Masa ini ditandai dengan pertumbuhan dan perkembangan yang pesat yang disebut dengan (golden age)”.[2]

 Sebab pada usia ini terjadi perkembangan yang menakjubkan tersebut mencakup perkembangan fisik, perkembangan inteligensi, perkembangan bahasa perkembangan sosial, dan perkembangan moral.[3]

Di dalam pasal 28 ayat 1-5 juga dinyatakan bahwa pendidikan anak usia dini dilaksanakan sebelum pendidikan dasar, Pendidikan anak usia dini dapat dilaksanakan pada jalur formal, nonformal dan informal. Pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan formal terbentuk taman Kanak- Kanak (TK), Raudhatul Athfal (RA), atau bentuk lain yang sederajat

Pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan nonformal berbentuk Kelompok Bermain (KB), Taman Penitipan Anak (TPA), atau betuk lain yang sederajat. Pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan informal berbentuk pendidikan keluarga atau pendidikan yang diselenggarakan oleh lingkungan.

Dalam Khadijah tentang Pendidikan prasekolah (Early Childhood Education) atau pendidikan awal anak terdiri dari:“Pelayanan yang diberikan dalam tatanan awal masa anak. Sedangkan istilah lain yang sering disamakan dengan pemaknaan pendidikan prasekolah adalah nursery school, atau preschool (prasekolah). Dalam konteks ini, nursery school dipahami sebagai program pendidikan anak usia dini 3 dan 4 tahun”.[4]

Dalam Khadijah tentang:“Perkembangan yang dapat dijadikan pegangan bagi para orang tua atau guru dalam memberikan pelayanan dan pengasuhan terhadap anak. Prinsip yang paling utama dalam perkembangan itu adalah bahwa perkembangan pada dasarnya saling terkait secara erat dan mengikuti pola atau arah tertentu.5Istilah perkembangan merujuk pada bagaimana orang tumbuh, menyesuaikan diri, dan merubah sepanjang perjalanan hidup mereka, melalui perkembangan fisik, peerkembangan kepribadian, perkembangan sosio emosional, perkembangan kognitif (pemikiran), dan perkembangan bahasa”.[5]

 
Salah satu pengembangan dalam pertumbuhan kemampuan dasar di taman kanak- kanak adalah pengembangan bahasa. Bahasa memungkinkan anak untuk menerjemahkan pengalaman ke dalam simbol- simbol yang dapat digunakan untuk berkomunikasi dan berpikir.Bahasa erat sekali kaitannya dengan perkembangan kognitif.

Menurut Vygotsky dalam Wolfolk (1995), menyatakan bahwa: “language id critical for cognitive development. Language provides the categories and concept for thinking.” Bahasa merupakan alat untuk mengekspresikan ide dan bertanya, dan bahasa juga menghasilkan konsep dan kategori- kategori untuk berpikir.

Dalam Khadijah, bahwa aspek bahasa berkembang dimulai dengan peniruan bunyi dan meraban. Perkembangan selanjutnya berhubungan erat dengan perkembangan kemampuan intelektual dan sosial.Bahasa merupakan alat untuk berpikir. Berpikir merupakan suatu proses memahami dan melihat hubungan. Proses ini tidak mungkin dapat langsung dengan baik tanpa alat bantu, yaitu bahasa. Bahasa juga merupakan alat berkomunikasi dengan orang lain dan kemudian berlangsung dalam suatu interaksi sosial.

Bahasa adalah alat bantu berpikir, mengekspresikan diri dan berkomunikasi. Keterampilan bahasa juga penting dalam rangka pembentukan konsep, informasi, dan pemecahan masalah.Melalui bahasa pula kita dapat memahami komunikasi pikiran dan perasaan.[6]

Menurut peneliti anak yang sudah berusia 5-6 tahun sudah mulai memakai lebih banyak kosa kata, mulai dari kata sifat, kata benda dan anak tersebut lebih cerewet serta sudah mampu melemparkan sebuah pertanyaan seperti apa, kenapa, bagaimana dan siapa. Melihat kenyataan tersebut diperlukan cara untuk meningkatkan kemampuan bahasa anak dalam berkomunikasi lisan sesuai dengan tahapan atau kemampuan usia anak.

Menurut Vygotsky pada usia 2-7 tahun atau fase pra operasional masa ini, yaitu berbicara pada diri sendiri merupakan bagian dari kehidupan anak. Ia akan berbicara dengan berbagai topik dan tentang berbagai hal, melompat dari satu topik ke topik lainnya. Pada saat ini anak sangat senang bermain bahasa dan bernyayi. Pada usia 4-5 tahun, anak sudah dapat berbicara dengan bahasa yang baik, hanya sedikit kesalahan ucapan yang di lakukan anak pada masa ini. Ketiga, pada perkembangan selanjutnya anak akan bertindak tanpa berbicara. Apabila hal ini terjadi, maka anak telah mampu menginternalisasi percakapan egosentris (berdasarkan sudut pandang sendiri) ke dalam percakapan di dalam diri sendiri.Anak yang banyak melakukan kegiatan berbicara pada diri sendiri, yang di lanjutkan berbicara dalam diri sendiri lebih memiliki kemampuan sosial dari pada anak yang pada fase praoperasional kurang melakukan kegiatan tersebut.[7]

Dalam pendidikan prasekolah banyak metode-metode pembelajaran yang digunakan untuk mengembangkan bahasa atau berkomunikasi lisan pada anak usia dini sehingga mampu berkomunikasi lisan dengan orang-orang disekitarnya. Metode pembelajaran sebagai seluruh perencanaan dan prosedur maupun langkah- langkah kegiatan pembelajaran termasuk pilihan cara penilaian yang akan dilaksanakan. Ada banyak macam-macam metode yang digunakan dalam proses pembelajaran yaitu diantaranya: 1. Metode bercerita, 2. Metode Tanya jawab, 3. Metode demonstrasi, 4. Metode cakap-cakap, 5. Metode bermain peran, 6. Metode karya wisata.

 


________________________________

[1] Khadijah (2012), Konsep Dasar pendidikan Prasekolah, Medan: Perdana Mulya Sarasa, h.4

2 Undang- undang Republik Indonesia No.20 Tahun 2003 Tentang  Sistem Pendidikan nasional.


[3] Masganti Sitorus, (2015), Psikologi Perkembangan Anak Usia Dini  Jilid I, Medan: Perdana Publishing, h.4.

[4] Syafaruddin, dkk. (2011), Pendidikan praskolah (perspektif pendidikan islam dan umum), Medan: perdana publishing, h.28

[5]  Susanto  Ahmad, (2011), Perkembangan Anak               Usia Dini, Kencana: Prenadamedia Group, h.30

     [6] Susanto Ahmad, (2011), Perkembangan  Anak Usia Dini , Kencana: Prenadamedia Group, h.73-74.

[7] Santrock W John, (2011), Psikologi Pendidikan Jilid II, Jakarta: Kencana, hal.60-63