1. Pengertian Metode Eksperimen
Metode pembelajaran yang dilaksanakan harus mampu mendorong proses pertumbuhan perilaku, membina kebiasaan dan mengembangkan kemahiran peserta didik untuk dapat menyesuaian diri dalam interaksi proses pembelajaran. “Metode adalah suatu cara yang dalam bekerjanya merupakan alat untuk mencapai tujuan kegiatan. Metode dipilih berdasarkan strategi kegiatan yang sudah dipilih dan ditetapkan”.[1]
Pembelajaran di Taman Kanak-Kanak menggunakan metode eksperimen mencampur warna untuk meningkatkan kreativitas dalam kegiatan bermain sambil belajar untuk anak, dalam mengembangkan ilmu pengetahuan yang berguna bagi kehidupan anak kelak, hal ini sesuai dengan apa yang difirmankan Allah, sebagai berikut:
Kegiatan pelaksanaan program pembelajaran eksperimen yang dilakukan pada Taman Kanak-Kanak dilakukan dengan berbagai bentuk kegiatan yang menyenangkan sesuai kurikulum dan rancangannya metode, terdapat beberapa metode yang dapat digunakan guru dalam kegiatan Taman Kanak-Kanak yang menuntut guru harus lebih teliti dan kreatif dalam melaksanakannya salah satunya adalah metode eksperimen, yang metode itu sendiri adalah “Metode merupakan cara yang berfungsi untuk mencapai tujuan kegiatan”.[2]
Metode eksperimen merupakan cara memberikan pengalaman kepada anak dalam proses pembelajaran dengan melakukan berbagai percobaan terhadap sesuatu media yang digunakan dengan cara melihat dan mengamati akibatnya. Misalnya, bila balon ditiup, bila warna dicampur, bila air dipanaskan atau didinginkan, tanah liat yang dibentuk, ampas kelapa yang diberi warna berbagai media lain yang digunakan untuk pembelajaran. Pelaksanaan metode eksperimen cukup memerlukan peralatan dan sarana yang memadai sebelum pembelajaran dimulai, tanpa peralatan yang memadai metode ini tidak dapat dilaksanakan.
Metode eksperimen (percobaan) adalah “metode pembelajaran yang memberi kesempatan kepada siswa melakukan percobaan sendiri tentang proses yang dimaksud”.[3] Menciptakan sesuatu bentuk metode eksperimen, merupakan pembaharuan tanpa mengubah fungsi yang telah ada. Mencampur warna adalah menciptakan sesuatu yang baru sesuai dengan kreativitas anak yang berarti membuat sesuatu yang berbeda warna , perbedaan dalam bentuk, dan gaya yang yang dibuat itu sekaligus merupakan pembaharuan tanpa atau dengan mengubah fungsi pokok dari sesuatu yang dibuat dengan tidak mengenyampingkan tujuan dari kurikulum pembelajaran pendidikan anak Taman Kanak-Kanak.
Menghasilkan sesuatu gagasan yang baru melalui berbagai percobaan dari beberapa media yang digunakan sehingga menimbulkan unsur yang baru dikatakan melakukan proses eksperimen, gagasan itu dikombinasikan sehingga menghasilkan sesuatu yang baru seperti dikatakan seorang ahli “metode eksperimen adalah metode kegiatan dengan melakukan suatu percobaan dengan cara mengamati proses dan hasil dari percobaan tersebut”.[4]
Metode eksperimen didefinisikan sebagai kesanggupan untuk memperbaharui, menemukan, metode menempatkan bagian-bagian yang belum pernah ditempatkan seperti nilai atau mempertinggi keindahan.
Metode eksperimen memiliki nilai manfaat sebagai pengisi waktu luang dan kegiatan pembelajaran serta anak dapat berekspresi, karena anak-anak menghabiskan waktu berjam-jam untuk bereksperimen mencampur warna. Anak- anak tidak bisa melihat cat apabila berada dirumah atau di sekolah. Anak-anak tidak berpikir panjang, anak akan segera menggambar di mana saja, baik di kertas atau di tembok. Aktivitas anak yang demikian ini tidak boleh dilarang, namun sebagai guru hendaknya menasehati anak agar menggambar pada kertas atau kanvas.
Mencapai hasil pembelajaran yang baik guru harus membantu anak menggali kemahiran dan melatih keterampilan yang ada pada diri pribadi anak dengan metode eksperimen dan proses pembelajaran mencampur warna yang dilakukan di sekolah dibawah pengawasan dan bimbingan guru.
2. Langkah-Langkah Penerapan Metode Eksperimen
Kegiatan mencampur warna yang akan diberikan kepada anak, seorang harus memperhatikan beberapa hal seperli lingkungan sekolah, fasilitas yang ada, serta keinginan dan kesiapan anak untuk bereksperimen.
Langkah-langkah metode eksperimen, yaitu:
1. Memberikan penjelasan secukupnya tentang apa yang harus dilakukan dalam eksperimen.
2. Membicarakan dengan anak tentang langkah yang ditempuh, materi pembelajaran yang diperlukan, variabel yang perlu diamati dan hal yang perlu dicatat.
3. Menentukan langkah-langkah pokok dalam membantu anak selama eksperimen.
4. Menetapkan apa tindak lanjud eksperimen.[5]
Anak melakukan kegiatan mencampur warna di mulai dari diri anak sendiri dengan demikian anak “dituntut untuk mengalami sendiri, mencari kebenaran, atau mencoba mencari suatu hukum atau dalil, dan menarik kesimpulan atas proses yang dialaminya”.[6] Guru harus mampu mendampingi mereka, mengarahkan dalam mencampur warna dan mampu membuat anak agar memiliki keinginan yang tinggi dalam proses pembelajaran, dan dapat melakukan semua butuh pendekatan tanpa harus mengesampingkan ketegasan.
Berikut ini langkah dasar yang cocok diterapkan pada anak untuk memudahkan pelaksanaan pembelajaran yang perlu diperhatikan oleh guru sebagai pemberi materi memperhatikan hal-hal sebagai berikut yaitu:
1. Merumuskan semua kegiatan belajar yang memungkinkan untuk dilakukan
2. Menetapkan kegiatan-kegiatan yang tidak perlu dilakukan agar mencapai efesiensiproses pembelajaran.
3. Menetapkan kegiatan yang akan dilakukan baik oleh guru maupun anak.[7]
Melalui metode eksperimen, pendidik terlebih dahulu memberitahukan bagaimana cara mencampur warna yang baik dan tepat. Setelah itu, pendidik dan anak-anak melakukan sesi tanya jawab seputar warna dan tema yang sedang dipelajari. Setelah metode tanya jawab selesai, lakukan metode praktek langsung yaitu anak mempraktekkan bagaimana cara mencampur warna suatu obyek di atas sebuah kertas atau kanvas tanpa bantuan pendidik namun tetap dalam pengawasan dan bimbingan pendidik karena dalam proses pembelajaran anak usia dini anak harus selalu dibimbing dan diawasi.
Langkah yang dilakukan orang tua dan guru saling melengkapi dalam pembinaan penggunaan metode eksperimen anak dan diharapkan ada saling pengertian dan kerja sama yang erat antara keduanya, dalam upaya mencapai tujuan bersama yaitu perkembangan penggunaan mencampur warna melalui media yang digunakan untuk kegiatan menggambar oleh anak di bawah pengawasan guru.
Orang tua sebagai penanggung jawab terhadap peningkatkan pembelajaran anak selama anak berada di rumah, maka dilingkungan sekolah guru terutama bertugas merangsang dan membina anak dalam proses pembelajaran dengan menggunakan metode eksperimen sebagai media meningkatkan kreativitas pada anak mencampur warna sebagai metode pembelajaran yang ada di Taman Kanak-kanak. “Sebagai pendidik, baik orang tua dan guru, bertanggung jawab terhadap kesejahteraan jiwa anak. kedua tokoh ini mempunyai wewenang mengarahkan perilaku anak dan menuntutnya mengikuti patokan-patokan perilaku sebagaimana diinginkan ”.[8]
3. Kelebihan dan Kekurangan Metode Eksperimen
Proses belajar mengajar berjalan dengan lancar dan dapat mencapai tujuan pembelajaran, sebaiknya tentukan metode yang akan digunakan sebelum melakukan proses belajar mengajar serta kelebihan dan kekurangan metode yang akan digunakan tersebut. Pemilihan suatu metode harus disesuaikan dengan tujuan pembelajaran dan materi yang akan menjadi objek pembelajaran. Kekurangan suatu metode akan berpengaruh buruk terhadap hasil pembelajaran.
Setiap anak selalu aktif melakukan berbagai kegiatan-kegiatan. Kegiatan-kegiatan itu menuntut anak untuk berbuat sesuatu demi perubahan, dalam melakukan aktivitas tersebut anak mencoba untuk mencari metode-metode yang baru, hal ini dilakakukan karena terdorong oleh rasa ingin tahu anak yang besar.
Kreativitas lebih menekankan pada ekspresi yang dilakukan anak akan lebih baik jika anak dibiarkan memiliki bentuk ekspresi sendiri dari pada diarahkan pada bentuk tertentu dan hanya meniru, misalnya dalam menyusun kepingan bentuk geometri. Kegiatan meniru tidak memberi kesempatan anak untuk membuat sesuatu yang baru yang mengandung cirri- ciri kreativitas.
Metode eksperimen menjadi salah satu hal yang memegang peranan penting dalam perkembangan anak, karena dari metode eksperimen anak belajar untuk mengembangkan kemampuan dalam dirinya melalui berbagai percobaan dengan lebih optimal, namun anak tidak akan merespon dan mengaktualisasikan percobaan dengan cara yang sama pada tiap-tiap anak. Berdasarkan pemahaman itu maka setiap anak memiliki hak yang sama untuk menjadi kreatif dan memiliki kesempatan yang seluasnya untuk mengembangkan kemampuan dalam setiap kegiatan eksperimen yang sekaligus sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.
Metode eksperimen ada kalanya tidak dapat dilakukan karena berbagai faktor seperti kurangnya sarana warna yang akan digunakan untuk percobaan, metode eksperimen merupakan metode yang melakukan kegiatan dengan menggunakan media yang sesuai dengan rencana pembelajaran. Mencampur warna merupakan kegiatan yang sangat disukai karena anak bebas melakukan kreativitas dengan menemukan hal-hal baru melalui campuran warna yang digunakan anak sehingga mendapatkan warna-warna yang baru.
4. Kesesuaian Metode Eksperimen Dengan Kegiatan
Metode eksperimen merujuk kepada kegiatan yang terjadi di sekolah sehubungan dengan proses pembelajaran baik didalam maupun diluar kelas. Langkah – langkah dalam melaksanakan latihan dan praktek eksperimen baik untuk belajar verbal maupun belajar keterampilan sebagai berikut:
1. Guru memberikan penjelaskan singkat tentang konsep, prinsip atuu aturan yang menjadi dasar dalam melaksanakan pekerjaan yang akan dilatihkan.
2. Guru mempertunjukkan bagaimana melakukan pekerjaan itu dengan baik dan benar sesuai dengan konsep dan aturan tertentu, pada bentuk belajar yang dipertunjukkan adalah pengucapan atau penulisan kata atau kalimat.
3. Jika belajar dilakukannya secara kelompok atau klasikal, guru dapat meminta salah seorang anak untuk menirukan apa yang telah dilakukan guru, sementara anak lain memperhatikannya.
4. Latihan perseorangan dapat dilakukan melalui bimbingan dari guru sehingga dicapai hasil belajar sesuai dengan tujuan.[9]
Anak melakukan berbagai kegiatan untuk mampu mencapai kemandirian sekaligus beradaptasi terhadap berbagai perubahan lingkungan tempat anak berada baik pada saat anak berada dilingkungan sekolah atau pada saat anak berada di lingkungan rumah. Hasil kegiatan belajar anak bisa diamati langsung oleh pendidik merupakan suatu proses yang sebaiknya dilakukan oleh guru untuk dapat melihat perkembangan kreativitas anak dalam pembelajaran metode eksperimen.
Anak memerlukan proses kegiatan metode eksperimen yang panjang karena berkerjasama dan bernegosiasi memerlukan komponen lain, seperti mengenal guru, mengenal berbagai kebutuhan kegiatan, mengetahui cara menyampaikan pendapat, memahami posisi diri dan orang lain dan mengendalikan diri.
Setiap anak memiliki proses ya ng berbeda-beda tentang kegiatan yang dilakukannya. Anak dari kultur masyarakat dan negara yang berbeda akan mengembangkan kegiatan yang berbeda pula. Anak mempelajari berbagai aspek kegiatan dan hasilnya sangat dipengaruhi oleh bakat, minat, kecerdasan dan kultur budaya tempat tinggal anak.
5. Kendala dan Masalah Metode Eksperimen
Belajar atau proses kegiatan adalah “proses perubahan perilaku, akibat interaksi individu dengan lingkungannya”.[10] Ada dua cara memecahkan masalah yaitu cara coba-coba artinya suatu cara yang digunakan mungkin gagal atau mungkin berhasil. Cara yang memungkinkan pada pemikiran yang mendasar, misalnya didasarkan atas pengalaman atau pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya. Ketika berhasil maka orang tersebut memiliki strategi memecahkan masalah lainnya. Kegiatan merupakan suatu proses mengembangkan strategi memecahkan masalah yang dihadapi oleh seseorang.
Mendidik dan mengembangkan anak usia dini, khususnya anak usia Taman Kanak-kanak, maka para orang tua, guru, serta pihak-pihak yang terkait dengan pendidikan dan perkembangan kreativitas anak tersebut perlu mempertimbangkan dengan cermat, paradigma metode yang terbaik yang dapat diterapkan pada anak. “perkembangan manusia dipengaruhi oleh interaksi antara faktor-faktor yang berkaitan dengan biologis, kematangan, lingkungan dan sosial”.[11]
Anak berfikir untuk mencari sesuatu yang lain mengenai warna, dengan pikirannya anak berkreasi menemukan metode baru, untuk memecahkan berbagai masalah. Kemampuan itu diwujudkan menjadi suatu hasil sebagai proses bersibuk diri secara kreatif ini dapat dikatakan kelebihan suatu metode yang digunakan anak.
Guru takut cat mengenai pakaian anak, sebelum kegiatan sebaiknya “guru dan anak memerlukan sebuah celemek untuk menutupi pakaian dan guru perlu menyiapkan sebuah tempat bermain yang boleh dibuat berantakan”[12]. celemek dapat dibuat dari pakaian yang sudah dipakai, celemek membuat anak bebas melakukan kegiatan apa saja yang diinginkan anak tanpa ada batasan karena noda akan menempel pada celemek bukan pada baju sekolah sehingga tidak perlu ada kekhawatiran oleh guru pakaian anak akan kotor.
Guru juga harus menyiapkan pakaian kerja untuk menghindari percikan campuran warna yang sudah digunakan oleh anak dan guru pada saat melakukan metode eksperimen mencampur warna dengan menggunakan media cat dapat dilakukan anak di sekolah dengan pengawasan oleh guru karena banyak anak kurang memperhatikan keselamatnnya dalam melakukan kegiatan.
Kendala mencapai perubahan melalui metode ekperimen , dari tidak tahu menjadi tahu dan dari tidak terampil menjadi terampil, membutuhkan dukungan orang tua dan sarana yang cukup memadai, hal ini yang terkadang tidak diperhatikan oleh sekolah dan orangtua di rumah, sebagian anak-anak untuk belajar dapat dilakukan dengan bermain, aktivitas bermain itu sesungguhnya yang merupakan sarana belajar anak, artinya anak-anak belajar melalui bermain yang sesuai dengan usia anak.
Kegiatan pembelajaran dilakukan berdasarkan proses pembelajaran “suatu proses yang perlu direncanakan secara sistematis, perencanaan yang sistematis membantu pendidik untuk secara menyeluruh aspek yang terkait dalam pembelajaran ”.[13] Anak terlibat dengan materi pembelajaran dan alat-alat yang ditemukan dilingkungan sekolah, akan mampu menggairahkan minat anak mendorong mereka untuk berkreativitas sesuai dengan bakat dan minat anak yang terkadang kurang mendapat perhatian sehingga menjadi kendala dalam menggunakan metode eksperimen di sekolah.
Pengembangan metode menjadi salah satu hal yang memegang peranan penting dalam perkembangan anak, karena dari metode anak belajar untuk mengembangkan kemampuan-kemampuan dalam dirinya dengan lebih optimal, namun anak tidak akan merespon dan mengaktualisasikan mencampur warna dengan cara yang sama pada tiap-tiap anak. Berdasarkan pemahaman itu maka setiap anak memiliki hak yang sama untuk menjadi kreatif dan memiliki kesempatan yang seluasnya untuk mengembangkan eksperimen dalam setiap kegiatan bermain yang sekaligus sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.
Pembelajaran yang diperoleh “anak di sekolah belum mempertimbangkan bakat-bakat mereka yang istimewa, karena kurikulum yang mereka ikuti saja dengan kurikulum bagi sebagian besar anak yang berkemampuan rata-rata, padahal anak yang berbakat adalah anak yang luar biasa“.[14]
[1] Moeslichatoen, Metode Pengajaran di Taman Kanak-kanak, (Jakarta: PT.Rineka Cipta,2004), hal. 7
[2] Anita Yus, Penilaian Perkembangan Belajar Anak Taman Kanak-Kanak, (Jakarta: Depdiknas, 2005), hal. 145
[3] Sumiati dan dan Asra, Metode Pembelajaran,(Bandung: Wacana Prima, 2007), hal. 101
[4] Depdiknas, Petunjuk Pelaksanaan Kegiatan Belajar Mengajar Penilaian Pembuatan Dan Penggunaan Sarana di Taman Kanak-Kanak, (Jakarta: Depdiknas 2003), hal. 236
[5] Sumiati dan dan Asra, Metode,..., hal. 102
[6] Syaiful Bahri Djamarah, Strategi Belajar Mengajar,(Jakarta: Rineka Cipta),hal. 84
[7] Sumiati dan dan Asra, Metode ..., hal. 12
[8] Utami Munandar, Mengembangkan Bakat dan Kreativitas Anak Sekolah, (Jakarta : PT Gramedia Widiasarana Indonesia 1999), hal. 59
[9] Sumiati dan dan Asra, Metode ..., hal. 105
[10] Sumiati dan dan Asra, Metode ..., hal. 38
[11] Martini Jemaris, Perkembangan Dan Pengembangan Anak Usia Taman Kanak-Kanak (Jakarta: Grasindo, 2005), hal 106
[12] Dorothy Einon, Permainan Kreatif Untuk Anak-Anak, (Jakarta: Karisma Publishing, 2006), hal. 36
[13] Martini Jemaris, Perkembangan dan Pengembangan..., hal. 126
[14] Utami Munandar, Mengembangkan Bakat ..., hal. 23