Dengan memasuki situasi pendidikan formal, dapat diperkirakan akan terjadi perubahan-perubahan tertentu pada anak. Anak harus patuh pada tuntunan tokoh otoritas, yaitu guru. Anak berkenalan dengan banyak anak sesuai seusia, Untuk sebagian waktu dari sehari anak terpisah dari ibunya. Hal ini akan membawa dampak terhadap perilaku dan konsep diri anak.

Selama di sekolah, guru mempunyai peran penting terhadap penyesuaian emosional dan sosial anak dan terhadap perkembangan kepribadiannya. Sehubungan dengan perkembangan intelektual, pada semua jenjang pendidikan guru merupakan kunci kegiatan belajar anak yang berhasil guna (efektif), terutama pada tingkat Taman Kanak-Kanak. Hal ini mudah dipahami, karena di sekolah seluruh pengajaran dipegang oleh guru.

Pada dasarnya kualifikasi (persyaratan), guru atau anak berbakat sama saja dengan kualifikasi setiap guru yang baik. “Kualifikasi guru anak berbakat dapat dikelompokkan menjadi tiga yaitu kualifikasi profesi, kualifikasi kepribadian, dan kualifikasi hubungan sosial”.
[1]

Persyaratan profesional seorang pendidikan anak antara lain meliputi berbagai hal:

1. Sudah berpengalaman mengajar

2. Menguasai berbagai teknik dari model belajar mengajar

3. Bijaksana dan kreatif mencari berbagai akal dan cara

4. Mempunyai kemampuan mengelola kegiatan belajar secara individual dan kelompok disamping secara klasikal

5. Mengutamakan standar prestasi yang tinggi dalam setiap kesempatan

6. Menguasai berbagai teknik dan model penilaian

7. Mempunyai kegemaran membaca dan mengajar.



Persyaratan kepribadian seorang pendidik antara lain meliputi beberapa hal diantaranya:

1. Bersikap terbuka terhadap hal-hal baru

2. Peka terhadap perkembangan anak

3. Mempunyai pertimbangan luas dan dalam

4. Penuh pengertian

5. Mempunyai sifat toleransi

6. Mempunyai kreativitas yang tinggi

7. Bersikap ingin tahu



Persyaratan hubunan sosial seorang pendidik antara lain meliputi beberapa hal:

1. Suka dan pandai bergaul dengan anak berbakat dengan segala keresahannya dan memahami anak tersebut

2. Dapat menyesuaikan diri

3. Mudah bergaul dan mampu memahami dengan cepat tingkah laku orang lain. [2]





Kebayakan ciri tersebut merupakan persyaratan bagi guru yang baik pada umumnya, namun secara khusus perlu mendapat perhatian dalam pembinaan anak berbakat mengingat ciri-ciri, minat, dan kebutuhan khas dari anak berbakat dengan rasa ingin tahu yang kuat dan minat tinggi dalam melakukan kegiatan pembelajaran.

Masalah khusus dengan pengajaran anak berbakat pada dasarnya merupakan masalah bagaimana menghadapi perbedaan anak. Perbedaan dalam peran guru berdasarkan ciri khas berbakat, yang tampil dalam situasi belajar dan cara guru menangani ciri tersebut. Karena falsafah pendidikan anak Taman Kanak-Kanak mengakui adanya perbedaan antara individu lainnya yang bertujuan mengembangkan bakat dan kreativitas anak secara optimal dan baik, maka dengan sendirinya kualifikasi guru harus berbeda sesuai dengan sipat-sipat dan kemampuan anak didik.

Sering terjadi di sekolah bahwa hasil belajar hanya dinilai dari sejauh mana anak dapat memahami dan mengingat apa yang diajarkan. Bahkan harus diakui bahwa tidak jarang yang dituntut hanya ingatan mekanis semata-mata, tanpa pemahaman. Perlu disadari oleh guru bahwa mengingat kembali dan memahami bahan yang telah diajarkan merupakan kegiatan belajar yang relatif rendah dalam hirarki proses intelektual. Lebih penting bagi individu, lebih-lebih bagi anak berbakat dalam belajar seumur hidup adalah proses-proses pemikiran seperti menerapkan, menganalisa, mensintesis, menyusun dan mengevaluasi yang merupakan proses pemikiran yang tinggi prosesnya.

Sebagai pendidik, baik orangtua maupun guru, bertangung jawab terhadap kesejahteraan jiwa anak. kedua tokoh ini mempunyai wewenang mengarahkan perilaku anak dan menuntutnya mengikuti patokan-patokan perilaku sebagaimana diinginkan.

Orangtua terutama bertanggung jawab terhadap kesejahteraan fisik dan mental anak selama anak berada dirumah, maka di lingkungan sekolah guru terutama bertugas merangsang dan membina perkembangan intelektual anak serta membinan pertumbuhan sikap-sikap dan nilai-nilai dalam diri anak.

Tugas orangtua dan guru tidak dapat dipisahkan secara tajam, orangtuapun sampai batas tertentu ikut bertanggung jawab atas sikap dan prilaku anak di sekolah. Sebaliknya, guru pun perlu memperhatikan bagaimana keadaan dan kehidupan anak dirumah.

Orangtua dan guru saling melengkapi dalam pembinaan anak diharapkan ada saling pengertian dan kerja sama yang erat antara keduanya, dalam usaha mencapai tujuan bersama yaitu kesejahteraan jiwa anak.

Orangtua maupun guru berfungsi sebagai model bagi anak. mula-mula pada masa pra sekolah anak cenderung mengindentivikasi diri dengan orangtuanya, kemudian sejak masuk sekolah gurunya juga menjadi tokoh indentivikasi. Sehubunan dengan ini perlu diangkat bahwa apa yang dikatakan atau dinasehatkan oleh pendidik tidak akan berarti bagi anak, jika perilaku atau tindakan guru sendiri tidak mencerminkan apa yang ia nasehatkan.

Usia pra sekolah tokoh ibu yang paling berperan dalam dalam hidup anak, terutama di kelas-kelas pertama guru sering juga diharapkan dapat berfungsi sebagai pengganti ibu. Guru dapat menciptakan suasana dalam kelas yang memupuk kesehatan mental anak-anaknya.

--------------------------------------------------------------------------


[1] Utami Munandar, Mengembangkan Bakat dan ..., hal 60


[2] Utami Munandar, Mengembangkan Bakat dan ..., hal 61