Pendidikan mempunyai landasan atau dasar, tanpa dasar dan landasan pendidikan yang diberikan tersebut tidak berhasil sebagaimana yang diharapkan, oleh karena itu menerapkan dasar dalam suatu pekerjaan amatlah penting sehingga dalam pelaksanaan tidak menyimpang dari landasan atau dasarnya dan akan memperoleh sesuai dengan tujuan yang dinginkan. Dasar pendidikan dalam Agama Islam bersumber kepada:

1. Al-Qur’an

Al-Qur’an merupakan kitab Allah SWT, yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW untuk disampaikan kepada seluruh manusia dan membacanya atas dasar iman dan ikhlas sebagai ibadah. Dalam Al-Qur’an banyak sekali ayat-ayat yang secara langsung memerintahkan kita untuk berbuat baik, seperti perintah untuk berbakti kepada kedua orang tua, ada juga ayat-ayat secara tidak langsung berbentuk perintah tetapi dalam bentuk kisah orang-orang yang hidup pada masa lampau, ada kisah mereka yang berakhlak baik dan ada pula kisah mereka berakhlak tidak baik diantara kisah-kisah tersebut sebagaimana Rasulullah SAW bersabda:

Artinya “Dari Abu Hurairah r.a telah bersabda Rasulullah SAW: Sesungguhnya aku (Muhammad) diutus kedunia (menjadi rasul) adalah untuk menyempurnakan akhlak yang mulia”.
[1] (H.R. Ahmad)

Hadis di atas menjelaskan bagaimana akhlak bagi manusia yang beriman, untuk tidak menjajah hak-hak orang lain. Kita dipersilakan untuk mengelola lingkungan kita untuk mencari kekayaan alam untuk kepentingan hidup akan tetapi di larang oleh agama untuk merusak lingkungan itu sendiri, dengan merusak alam lingkungan manusia akan merasakan akibat dari perbuatan itu sendiri, seperti terjadinya gempa bumi, longsor di mana-mana bahkan tsunami yang terjadi pada tahun 2004 itu merupakan peringatan Allah bagi manusia unuk memelihara alam dan lingkungan kita. Walaupun kedua potensi ini terdapat pada manusia namun ditemukan isyarat-isyarat dalam Al-Qur’an bahwa kebajikan pertama menghiasi diri manusia dari pada kejahatan. Kecenderungan manusia pada kebajikan tercermin dari persamaan konsep-konsep moral pada setiap peradaban, atau sering disebut dengan ma’ruf, persoalan kecenderungan pada kebajikan atau pandangan pada kesucian manusia sejak lahir dengan demikian menjadi amat wajar, manusia pada hakekatnya setidaknya pada awal perkembangannya tidak akan sulit melakukan kebajikan, berbeda dengan melakukan keburukan. Potensi yang di miliki manusia untuk melakukan kebaikan dan keburukan, serta kecenderungannya yang mendasar kepada kebaikan, seharusnya menghantarkan manusia sesuai dengan kefitrahanya.

2. Hadits

Hadits merupakan sumber akhlak yang kedua setelah Al-Qur’an. Hadits merupakan ucapan, perbuatan, dan sifat diamnya Rasul, banyak sekali pembicaraan masalah akhlak sehubungan dengan hadist Rasulullah SAW sebagai sumber pendidikan akhlak yang kedua (sesudah Al-Qur’an) sebagimana Allah berfirman yang terdapat dalam Surat al-Ahzab:


Allah memerintahkan kita untuk mengikuti akhlak Rasulullah, hal ini tidak lain karena Rasulullah itu manusia teladan dalam segala hal baik dalam berucap maupun dalam prilaku dalam kehidupan manusia sehari-hari jika terdapat tingkah laku dan sikap mental yang baik tentunya terdapat pula tingkah laku yang buruk atau jahat sebagaimana lawannya, oleh kerena itu antara baik dan buruk tentu ada batas-batasnya

-----------------------------------------------------


[1] Hussein Bahreisj, Hadits, (Surabaya : Karya Utama,t.t), hal. 489.


[2] Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya……., hal. 420