1. Pengertian Motorik Kasar

Motorik kasar adalah “Koordinasi otot-otot dan saraf yang lebih besar, contohnya berjalan, berlari, merangkak, dan makan”.
[1] Ada tiga unsur yang memegang peranan yaitu otot, otak dan saraf. Maka gerakan tubuh yang di motori dengan kerjasama antara otot, otak dan saraf merupakan gerakan motorik.

Motorik Kasar adalah gerakan-gerakan tubuh yang melibatkan otak kasar, Pada anak balita dan batita motorik kasar ini mencakup kegiatan bermain di luar ruangan. Meski tidak tertutup kemungkinan melakukannya didalam ruangan seperti bermain sepeda roda tiga, main koprol, perosotan, ayunan.[2]

Semua ini perlu sendiri di latih pada anak dan bisa menjadi dasar bagi mereka untuk bersosialisasi. Ia akan lebih mudah bermain dengan teman-temannya dan diajak bermain apapun bisa. Pengembangan keterampilan motorik kasar merupakan bagian yang sangat penting untuk setiap program belajar anak. Walaupun kemampuan motorik kasar berkembang dengan normal, tetapi harus di ajarkan keterampilan baru dengan teknik tertentu.

Berdasarkan beberapa pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa motorik kasa merupakan gerakan-gerakan atau tindakan-tindakan yang berulang-ulang dalam membentuk sikaplahiriyah anak yang berkaitan dengan otot-otot syaraf yang lebih besar.

2. Kemampuan Motorik Kasar

Kemampuan motorik kasar pada anak adalah prestasi yang ditampilkan oleh anak dalam memajukan kemampuan motorik kasar sesuai dengan peningkatan kemampuan motorik kasar yang sesuai untuk anak usia tertentu. Pada tingkatan umur anak mempunyai standar tertentu yang menunjukkan kemampuan motorik yang harus dicapai.

Kemampuan motorik kasar dapat dibangun dengan bantuan stimulus yang diberikan, teori yang menjelaskan secara detail tentang sistematika motorik anak adalah Dynamic System Theoryyang dikembangkan oleh Thelen&whitenyer. Teori tersebut mengungkapkan bahwa untuk membangun kemampuan motorik anak harus mempersiapkan sesuatu di lingkungannya yang memotivasi mereka melakukan sesuai dan menggunakan persepsi mereka tersebut untuk bergerak. Kemampuan motorik merepresentasikan keinginan anak. Misalnya ketika anak melihat mainan dengan beraneka ragam, anak mempersepsikan dalam otaknya untuk melakukan sesuatu, yaitu bergerak untuk mengambilnya. Akibat gerakan tersebut, anak berhasil mendapatkan apa yang ditujunya yaitu mengambil mainan yang menarik baginya. Indikator kemampuan motorik kasar antara lain:

a. Berjalan di atas papan titian.

b. Melompat dari ketinggian 30 cm sambil mengepakkan tangan “kupu-kupu.

c. Melompat dari ketinggian 50 cm menghadap ke kanan sambil bersuara lebah.

d. Menendang bola ke arah “kepik”.

e. Lomba menangkap gambar nyamuk.[3]



Otot besar menggerakkan dan mengontrol gerakan motorik kasar seperti berjalan, berlari, melompat dan melempar. Motorik kasar berkembang lebih cepat apabila dibandingkan dengan motorik halus. Motorik halus diantaranya menggunakan jari-jari tangan untuk menyusun puzzel, memegang gunting atau memegang pensil. Pada waktu bersamaan persepsi visual motorik anak ikut berkembang dengan pesat. Di usia 5 tahun anak telah memiliki kemampuan motorik yang bersifat kompleks yaitu kemampuan untuk mengkombinasikan gerakan dengan seimbang, seperti berlari sambil melompat dan mengendarai peda.

Perkembangan fisiologis anak usia dini yang paling mendasar adalah adanya koordinasi gerakan motorik, baik motorik kasar maupun halus. Pada awal perkembangannya, gerakan motorik anak tidak terkoordinasi dengan baik. Seiring dengan kematangan dan pengalaman anak kemampuan motorik tersebut berkembang dari tidak terkoordinasi dengan baik menjadi terkoordinasi secara baik. Pada dasarnya prinsip utama perkembangan motorik adalah kematangan, motivasi, pengalaman dan latihan atau praktek.

3. Aktivitas Motorik Kasar di Bandingkan dengan Motorik Halus

Adapun aktivitas motorik kasar atau yang disebut karakteristik perkembangan yang berhubungan dengan motorik kasar, antara lain:

a. Berdiri di atas salah satu kaki selama 5-10 detik

b. Menaiki dan menuruni tangga dengan berpegangan dan berganti-ganti kaki.

c. Berjalan pada garis lurus.

d. Berjalan dengan berjinjit sejauh 3 meter.

e. Berjalan meluncur dan melompat di tempat.

f. Melompat kedepan dengan dua kaki sebanyak 4 kali.

g. Bermain dengan bola (menendang dengan mengayunkan kaki ke belakang dan ke depan, menangkap bola yang melambung, dengan mendekapnya ke dada, dan mendorong.

h. Menarik dan mengendarai sepeda roda tiga atau mainan berdua lainnya.

i. Dapat melakukan permainan dengan ketangkasan dan kelincahan menggunakan papan luncur.[4]



Ada beberapa aktivitas dan cara menstimulasinya dalam motorik kasar diantaranya adalah: berjalan, berlari, melompat, dan melempar.Penjelasan dapat diuraikan sebagai berikut:

a. Berjalan

Sebelum orang tua memberikan stimulus pada anak, pastikan anak sudah melalui perkembangan sebelumnya, seperti duduk, merangkak, dan berdiri. Pada kemampuan motorik kasar ini, yang harus di stimulus adalah kemampuan berdiri, berjalan ke depan, berjalan ke belakang, berjalan berjingkat, melompat/meloncat, berdiri, berdiri satu kaki, menendang bola, dan lain-lain. Berjalan seharusnya dikuasai saat anak berusia 1 tahun sementara berdiri satu kaki dikuasai saat anak 2 tahun.

Untuk berjalan, perkembangan yang harus dikuatkan adalah keseimbangan dalam berdiri. Ini berarti, anak tak hanya dituntut sekedar berdiri, namun juga berdiri dalam waktu yang lebih dalam (ini berkaitan dengan lamanya otot kaki yang bekerja). Bila perkembangan jalan tidak dikembangkan dengan baik, anak akan mengalami gangguan keseimbangan. Anak cenderung kurang percaya diri dan anak pun selalu menghindari aktivitas yang melibatkan keseimbangan seperti main ayunan, seluncuran, dan sebagainya. Sebaliknya, anak lebih memilih aktivitas pasif seperti membaca buku, main playstation, dan sebagainya.[5]

Untuk menstimulasi kegiatan berjalan anak usia dini dapat dilakukan dengan cara orang tua atau guru berdiri dengan jarak yang tidak jauh dari anak sambil memegang mainan yang menarik. Gunakan karpet bergambar atau tempelkan gambar-gambar yang menarik di lantai. Minta anak menginjak karpet. Mainan seperti mobil-mobilan atau troli yang bisa didorong-dorong juga bisa membantu anak belajar berjalan.

b. Berlari

Perkembangan lari akan mempengaruhi perkembangan lompat dan lompat serta kemampuan konsentrasi anak kelas. Pada tugas perkembangan ini, dibutuhkan keseimbangan tubuh, kecepatan gerakan kaki, ketepatan 4 pola kaki.

Jika perkembangan lari tidak dikembangkan dengan baik, anak akan bermasalah dalam keseimbangannya, seperti mudah capek dalam beraktivitas fisik, sulit berkonsentrasi, cenderung menghindari tugas-tugas yang melibatkan konsentrasi dan aktivitas yang melibatkan kemampuan mental seperti memasang puzzel, tak mau mendengarkan saat guru bercerita (anak justru asyik ke mana-mana), dan lainnya.[6]

Stimulasi lari bisa dimulai ketika anak berada pada fase jalan, sekitar usia 12 bulan ke atas. Aktivitasnya bisa berupa menendang bola, main sepeda (mulai roda 4 sampai bertahap ke roda 3 dan kemudian roda 2) serta naik turun tangga.

c. Melompat

Kemampuan dasar yang harus dimiliki anak adalah keseimbangan yang baik, kemampuan koordinasi motorik dan motor planning(perencanaan gerak) harus sejalan. Contoh, saat anak ingin melompat sebuah tali, ia harus sudah punya rencana apakah akan mendarat dengan satu kaki atau dua kaki. Kalaupun satu kaki, kaki mana yang akan digunakan. Jika anak tidak kuat dalam perkembangan melompat, biasanya akan menghadapi kesulitan dalam sebuah perencanaan tugas yang terorganisasi (tugas-tugas yang membutuhkan kemampuan motor planning)

Stimulasi yang dapat dilakukan untuk aktivitas melompat adalah dengan lompat di tepat atau di trampoli. Jangan lompat-lompat di tempat tidur karena meski melatih motorik namun “mengacaukan” kognitif. Dalam arti, mengajarkan perilaku yang tidak baik pada anak. Karena seharusnya tempat tidur bukan tempat untuk melompat atau bermain melainkan untuk tidur.

Lompatan berjarak (gambarlah lingkaran-lingkaran dari kapur atau gunakan lingkaran bolahop yang diatur sedemikian rupa letaknya). Minta anak untuk melompati lingkaran-lingkaran tersebut, gradasikantingkat kesulitan dengan memperlebar jarak dan menggunakan dua kaki lalu ganti dengan satu kaki secara bergantian.[7]

d. Melempar

Pada fase ini berperan adalah sensori keseimbangan, rasa sendi (propioseptif), serta visual. Peran yang paling utama adalah proprioseptif, bagaimana sendi merasakan suatu gerakan atau aktivitas. Misalnya pada saat anak dalam keranjang atau sasaran yang dituju. Jika kemampuan melempar tidak dikembangkan dengan baik, anak akan bermasalah dengan aktivitas yang melibatkan gerak ekstrimitas atas (bahu, lengan bawah, tangan dan jari-jari tangan). Seperti dalam hal menulis, tulisannya akan tampak terlalu menekan sehingga tulisannya menembus kertas, atau kurang menekan (tipis). Dalam permainan yang membutuhkan ketepatan sasaran pun, anak tidak mahir. Misalnya permainan dartboard. Aktivitas motorik halus lainnya juga terganggu semisal memakai kancing, menali sepatu, makan sendiri, meronce, main puzzel, menyisir rambut, melempar sasaran, dan sebagainya. Intinya stimulasi pada perkembangan ini yang tidak optimal berindikasi pada keterampilan motorik halus yang bermasalah.[8]

Gangguan lain berkaitan dengan koordinasi, rasa sendi dan motor planning yang bermasalah. Contoh, ketika bola dilempar ke arah anak, ada dua kemungkinan respons anak, yaitu tangan menangkap terlambat sementara bola sudah sampai atau tangan melakukan gerak menangkap terlebih dahulu sementara bola belum sampai. Seharusnya, respons tangkap anak sesuai dengan stimulus datangnya bola dan anak bisa memprediksinya. Bila ada gangguan berarti anak bermasalah dalam sensori integrasinya. Sensori integrasi adalah mengintegrasikan gerak berdasarkan kemampuan dasar sensori anak. Tentunya ini dapat diatasi dengan terapi yang mengintegrasikan sensori-sensorinya.

Stimulasi kegiatan melempar dapat dilakukan dengan main lempar tangkap bola yaitu posisi, besar bola, berat bola, dan jenis lambung. Pada posisi ini dilakukan sambil duduk kaki lurus, duduk kaki bersila, jongkok, dan berdiri. Pada jenis lambungan, bisa dilakukan dengan lambungan dari atas, sejajar, atau lambungan dari bawah. Main dartboard atau lempar panah. Gunakan jenis dartboard yang khusus buat anak-anak (yang aman dan tidak tajam), seperti jenis dartboard yang tersebut dari papan velcrow dan anak panahnya diganti dengan bola yang bervelcrow.[9]

Setelah membahas tentang motorik kasar, dapat dipahami bahwa motorik kasar lebih banyak pada aktivitas gerakan kaki dan badan jika di bandingkan dengan motorik halus aktivitasnya lebih banyak pada gerakan tangan. Beberapa keterampilan tangan yang penting bagi anak untuk dikembangkan adalah: mampu melengkungkan telapak tangan membentuk cekung (palmaraching), menggunakan jari telunjuk dan jempol untuk memegang suatu benda, sambil menggunakan jari tengah dan jari manis untuk kestabilan tangan anak, membuat bentuk lengkung dengan jempol dan telunjuk. Adapun beberapa aktivitas motorik halus antara lain: sebagai berikut:

a. Melempar

Melempar dapat dilakukan dengan bila sebagai ukuran dan arah lemparan, dapat ke guru, anak lain atau sasaran tertentu.

b. Menangkap

Menangkap merupakan keterampilan yang lebih sulit dari pada melempar. Oleh karena itu menangkap dapat dimulai dengan bila kain atau bola plastik yang kurang memantul dan baru setelah anak terampil menangkap benda-benda seperti anak dilatih menangkap bola berbagai ukuran.

c. Bermain bola

Bermain bola dapat dilakukan dengan menggunakan otot halus pada tangan dan kaki.

d. Bermain ban dalam

Ban dalam bekas dapat digunakan latihan menggelindingkan dan menangkap.

e. Bermain bola dari kain

Bermain bola dari kain dapat dilakukan secara individual maupun kelompok dengan cara menangkap atau melempar, dan lain-lain.

f. Aktivitas koordinasi mata-tangan

Aktivitas koordinasi mata-tangan dapat dilakukan dengan menghubungkan 2 titik yang berjauhan, mengarsir gambar, mewarnai gambar, dan sebagainya.

g. Menjiplak

Menjiplak dapat dilakukan dengan meniru bentuk-bentuk dari media cetak.

h. Menggunting

Menggunting hendaknya dimulai dari menggunting lurus dekat tepi kertas, baru kemudian menggunting ditengah kertas. Memotong bentuk-bentuk geometri seperti bujur sangkar, persegi panjang, segi tiga dan lain sebagainya merupakan aktivitas yang sulit.

i. Menempel

Menempel dapat dilakukan dengan cara menyatukan bentuk-bentuk tertentu pada media yang disediakan seperti kertas atau gambar tempel, dan lain-lain

j. Melipat

Melipat kertas untuk membentuk burung, perahu, dan sebagainya merupakan sarana pengembangan motorik halus yang bermanfaat.



Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa aktivitas motorik kasar dan motorik halus, jika aktivitas motorik kasar dibandingkan dengan motorik halus maka aktivitas motorik kasar lebih banyak aktivitas kaki dan badan sedangkan motorik halus aktivitasnya lebih banyak pada gerakan tangan.






[1]Femi Olivia, CareerSkills for Kids, Kembangkan Kecerdasan Anak Dengan Taktik Biosmart, (Jakarta: Elex Media Komputindo, 2009), hal. 178


[2]Amelia NaimIndrajaya, Bila Nurani Bicara: Pengalaman Spiritual Penghangat Jiwa, (Jakarta: Mizan, tt), hal. 190


[3]Direktorat Pendidikan Madrasah Depag RI, Kurikulum Raudhatulathfal (RA), (Jakarta: Depag RI, 2007), hal. 41


[4] Departemen Pendidikan Nasional, Materi Model Pembelajaran di Taman Kanak-Kanak, (Departemen Pendidikan Nasional), hal. 6


[5]Maimunah Hasan, Pendidikan Anak Usia Dini, (Jogjakarta: Diva Press, 2010), hal. 96


[6] Maimunah Hasan, Pendidikan Anak..., hal. 98


[7] Maimunah Hasan, Pendidikan Anak..., hal. 99


[8] Maimunah Hasan, Pendidikan Anak..., hal. 100


[9] Maimunah Hasan, Pendidikan Anak..., hal. 102