Pada umumnya, orang yang memiliki kecerdasan linguistik memiliki beberapa karakteristik sebagai berkut:

1. Mendengar dan merespon setiap suara, ritme, warna dan berbagai ungkapan kata.

2. Menirukan suara, bahasa, membaca, dan menulis dari orang lain,

3. Belajar melalui menyimak, membaca, menulis, dan diskusi,

4. Menyimak secara efektif, memahami, menguraikan, menafsirkan dan mengingat apa yang diucapkan.

5. Membaca secara efektif, memahami, meringkas, menafsirkan atau menerangkan, dan mengingat apa yang telah dibaca.

6. Berbicara secara efektif kepada berbagai pendengar, berbagai tujuan, dan mengetahui cara berbicara secara sederhana, fasih, persuasive, atau bergairah pada waktu-waktu yang tepat.

7. Menulis secara efektif, memahami dan menerapkan aturan-aturan tata bahasa, ejaan, tanda baca, dan menggunakan kosakata yang efektif.

8. Memperlihatkan kemampuan untuk mempelajari bahasa lainnya.

9. Menggunakan keterampilan menyimak, berbicara, menulis dan membaca untuk mengingat, berkomunikasi, berdiskusi, menjelaskan, mempengaruhi, menciptakan pengetahuan, menyusun makna, dan menggambarkan bahasa itu sendiri.

10. Berusaha untuk mengingatkan pemakaian bahasanya sendiri.

11. Menunjukkan minat dalam jurnalisme, puisi, bercerita, debat, berbicara, menulis atau menyunting,

12. Menciptakan bentuk-bentuk bahasa baru atau karya tulis orisinil atau komunikasi oral.
[1]



Dari pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa kecerdasan linguistik sangat perlu dikembangkan pada anak usia dini. Karena akan membantu proses belajar anak baik di sekolah maupun di masyarakat. Pada anak usia dini, kecerdasan linguistik muncul dari berbagai bentuk dan aktivitas yang dapat di jabarkan sebagai berikut:

(1) Anak senang berkomunikasi dengan orang lain, baik dengan teman sebaya maupun orang dewasa, biasanya dilakukan anak-anak usia 2 hingga 6 tahun.

(2) Anak senang bercerita panjang lebar tentang pengalaman sehari-hari, apa yang dilihat dan diketahui (usia 3-6 tahun).

(3) Anak mudah mengingat nama teman dan keluarga (usia 2-6 tahun), tempat, hal-hal sepele yang pernah didengar atau dikenal termasuk jingle iklan (usia 3-6 tahun).

(4) anak suka membawa-bawa buku dan pura-pura membaca (usia 2-4 tahun), suka buku dan cepat mengeja melebihi anak-anak usia 4-6 tahun).

(5) Anak mudah mengucapkan kata-kata, menyukai permainan kata, suka melucu (usia 3-6 tahun).

(6) Anak suka dan memperhatikan cerita atau pembacaan cerita dari pendidik (usia 2-6 tahun) dan dapat menceritakan kembali dengan baik (usia 4-6 tahun).

(7) Anak memiliki lebih banyak kosa kata daripada anak-anak seusianya yang ditunjukkan saat anak berbicara (usia 3-6 tahun).

(8) Anak suka meniru tulisan di sekitarnya dan menunjukkan pencapaian di atas anak-anak sebayanya; mampu membuat pengulangan linear (usia 4-6 tahun), huruf acak (usia 3-6 tahun), dan menulis dengan ejaan bunyi atau fonetik (TK A) dan menulis dengan ejaan sebagian sudah benar (TK B).

(9) Anak suka membaca tulisan pada label makanan-elektronik,papan nama, toko-rumah makan, jdul buku, dan sejenisnya.

(10) Anak menikmati permainan linguistic, seperti tebak-tebakan, acak huruf dan mengisi kata pada potongan cerita.[2]

Stimulus dari lingkungan memberikan pengaruh besar pada kemampuan otak anak yang pada akhirnya akan mempengaruhi keterampilan anak dalam mengolah kata-kata dan berbicara. Kurangnya ajakan komunikasi sedari kecil akan berdampak pada kurangnya kemampuan berbahasa seorang anak yang membuat anak cenderung jadi pendiam. Pandai berbahasa bukan hanya berarti menguasai banyak bahasa, tapi juga memiliki kemampuan dalam mengolah bahasa. Oleh karena itu, sangat penting untuk mengajarkan bahasa ibu terlebih dahulu untuk mendorong logika berpikir seorang anak. Kecerdasan logika berpikir seorang anak dapat ditunjukkan dari kecerdasan bahasa yang dimilikinya. Anak yang mampu berbicara/ berbahasa dengan baik dan juga lancar, memungkinkan memiliki logika berpikir yang baik.

2. Aktivitas Pendukung Kecerdasan Linguistik

Pendidik anak usia dini haruslah kreatif. Pendidik anak usia dini harus dapat menciptakan berbagai strategi dan aktivitas yang dapat mengoptimalkan berkembangnya berbagai kemampuan linguistik dalam diri anak. Kemampuan linguistik ini perlu untuk dikembangkan karena dapat membantu anak untuk dapat berinteraksi dan berkomunikasi dengan lingkungannya baik melalui lisan maupun tulisan.

Berikut ini merupakan berbagai cara yang dapat digunakan untuk mengembangkan kecerdasan linguistik anak usia dini:

1. Menanamkan kecintaan terhadap buku.

2. Pengenalan baca-tulis.

3. Pengembangan kemampuan berbicara.

4. Pengesahan kepekaan pragmatik.

5. Kepekaan bahasa dan humor permainan bunyi.

6. Pengembangan kemampuan menyimak.[3]



Combourne seperti yang dikutip oleh Musfiroh menyimpulkan ada tujuh kondisi untuk meningkatkan kecerdasan Linguistik pada anak, yaitu penenggelaman (immersion), demonstrasi (demonstration), harapan (expection), tanggung jawab (responsibility), kegiatan (employment), aproksimasi (approximation) dan umpan balik (feed back).[4] Pada proses penenggelaman atau immersion, anak-anak secara fisik harus berada dalam lingkungan budaya baca tulis (literacy). Ruang kelas juga harus dirancang sesuai dengan tujuan untuk mendukung pengembangan kecerdasan linguistik. Pendidik harus dapat menjadi model dalam pengembangan kecerdasan. linguistik anak karena anak usia dini belajar melalui model. Pendidik memerlukan berbagai media dan sumber belajar untuk menjelaskan materi-materi pembelajaran yang akan disampaikan kepada anak.

Adapun strategi-strategi pengajaran kecerdasan linguistik menurut Amstrong yang dapat diterapkan dalam pembelajaran untuk anak usia dini adalah melalui

(1) Becerita/ mendongeng, Bercerita atau mendongeng bukan hanya kegiatan yang bersifat hiburan untuk anak-anak, melainkan sebuah kegiatan yang memiliki manfaat besar dalam mengembangkan berbagai pengetahuan anak. Pendidik dapat menggabungkan konsep-konsep,ide-ide, dan tujuan-tujuan instruksional yang penting ke dalam cerita yang akan pendidik sampaikan secara langsung kepada anak. Ketika anak diminta untuk bercerita, anak juga akan mengembangkan konsep-konsep, ide-ide yang ada dalam benaknya. Anak juga dapat mengembangkan kemampuan berkomunikasi melalui kegiatan bercerita.

(2) Bertukar Pikiran/ Brainstorming,anak dapat mencurahkan pikiran . yang dapat dikumpulkan dan ditulis di kertas, papan tulis, atau media yang lainnya. Strategi ini membuat semua anak yang mengemukakan gagasan memperoleh penghargaan khusus untuk pemikiran-pemikirannya yang orisinal.

(3) Rekaman, memanfaatkan rekaman sebagai strategi untuk pengembangan kecerdasan . linguistik. Merekam dengan menggunakan tape recorder dapat menjadi media anak untuk belajar menggunakan kecerdasan linguisik dan kemampuan . anak dalam berkomunikasi, memecahkan masalah, dan mengemukakan pendapat pribadi anak. Tape recorder dapat digunakan sebagai pengumpul informasi, pelapor informasi dan penyedia informasi.

(4) Jurnal Penulisan, dapat diterapkan dalam pendidikan anak usia dini adalah menulis jurnal pribadi. Menulis jurnal pribadi mendorong anak untuk membuat catatan tentang suatu bidang tertentu. Jurnal ini dapat dibuat sepenuhnya pribadi, hanya diceritakan kepada pendidik atau juga dapat dibacakan secara teratur di depan kelas. Jurnal pribadi ini juga dapat merangkum kecerdasan majemuk dengan memperbolehkan penggunaan gambar, sketsa, foto, dialog, dan data non . lain.[5]



Strategi pembelajaran bahasa yang dapat dilakukan oleh guru untuk mengembangkan kecerdasan linguistik anak diantaranya dengan menggunakan cara bercerita, bertukar pikiran dalam pengembangannya metode yang digunakan dalam Taman Kanak-kanak ialah metode bercerita, metode bercakap-cakap serta dapat menggunan rekaman dan jurnal penulisan dengan menggunakan media audio dan visual. Kesemua metode yang dilakukan adalah dalam upaya mengembangkan kecerdasan lingustik anak yang berguna untuk kemampuan bersosialisasi anak dimasa yang akan datang.


Akbar Anas
----------------------------------
[1] Campbell, Linda, dkk. (2002) Multiple Intelligences Metode Terbaru Melesatkan Kecerdasan. Jakarta: Inisiasi Press, hal 34


[2]Musfiroh Tadkirotun (2011), Pengembangan Kecerdasan Majemuk. Jakarta: Universitas Terbuka, hal 87




[3] Tadkiroatun Musfiroh, Pengembangan Kecerdasan…, hal 75


[4] Tadkiroatun Musfiroh, Pengembangan Kecerdasan…, hal 75


[5] Armstrong,Thomas, Kecerdasan…, hal 23