1. Pengertian Karakter

Secara etimologis, kata karakter bisa bermakna tabiat, sifat sifat
kejiwaan, akhlak, atau budi pekerti yang membedakan seseorang dengan
yang lain atau watak.[1] Orang berkarakter berarti orang yang memiliki
watak, kepribadian, budi pekerti atau akhlak, dengan makna seperti
ini berarti karakter identik dengan kepribadian atau akhlak.
Kepribadian merupakan ciri-ciri karakteristik atau sifat khas dari
seseorang yang bersumber dari bentuk-bentukan yang diterima dari
lingkungan, misalnya keluarga pada masa kecil dan juga bawaan sejak
lahir.[2] Karakter sama dengan kepribadian. Kepribadian dianggap
sebagai ciri atau karakteristik atau gaya, atau sifat khas dari diri
seseorang yang bersumber dari bentukan-bentukan yang diterima dari
lingkungan, misalnya keluarga pada masa kecil juga bawaan sejak
lahir.[3] Pendapat lain mengatakan bahwa karakter ialah nilai-nilai
yang khas-baik (tahu nilai kebajikan, mau berbuat baik terhadap
lingkungan) terpatri dalam diri dan terejawantahkan dalam prilaku.[4]

Dari pendapat diatas dapat dipahami bahwa karakter sebenarnya mengacu
kepada serangkaian pengetahuan, sikap dan motivasi serta prilaku dan
kerampilan. Dengan demikan pendidikan karakter tidak sekedar
mengajarkan mana yang benar dan mana yang salah kepada anak, tetapi
lebih dari itu pendidikan karakter menanamkan kebiasaan tentang yang
baik sehingga anak paham, mampu merasakan dan mampu melakukan yang
baik. Pendidikan karakter ini membawa misi yang sama dengan pendidikan
akhlak atau pendidikan moral. Pembudayaan karakter mulia perlu
dilakukan dan terwujudnya karakter mulia merupakan tujuan akhir dari
proses pendidikan. Budaya yang baik di lembaga pendidikan, baik
sekolah, kampus maupun yang lainnya berperan penting dalam membangun
akhlak mulia di kalangan civitas akedmi dan para karyawannya.

Karakter adalah" siapakah dan apakah kamu pada saat orang lain sedang
melihat kamu. Karakter juga adalah sebuah kebiasaan yang menjadi
sifat alamiah kedua. selanjutnya karakter bukanlah reputasi atau apa
yang dipikirkan oleh orang lain terhadapmu.Demikian juga karakter
bukanlah seberapa baik kamu daripada orang lain, hakikatnya karakter
tidaklah tetap atau tidak relatif.[5].

Banyak orang tua yang masih bingung dan bertanya-tanya bagaimana cara
yang benar untuk membentuk karakter anak. Para orang tua yang
menyerahkan seluruhnya pembentukan karakter kepada guru atau
lingkungan di sekolah. Seharusnya karakter anak dibangun dari hal-hal
yang kecil yang ada di lingkungan rumah.

2. Pembelajaran Pendidikan Karakter

Dalam pembentukan karakter, pembelajaran merupakan salah satu hal
terpenting yang harus dilakukan. Dalam proses pembelajaran untuk
tujuan pembentukan karakter setiap lembaga pendidikan harus menerapkan
pembelajaran-pembelajaran yang sesuai diantaranya pembelajaran
berbasis kasih sayang, pembelajaran berbasis kebersamaan, pembelajaran
berbasis ketauhidan, pembelajaran berbasis kreativitas, dan
pembelajaran berbasis lingkungan.[6] Adapun jabaran pembelajaran
pendidikan dalam upaya pembentukan adalah sebagai berikut:

a. Pembelajaran Berbasis Kasih Sayang

Kasih sayang adalah kebutuhan jiwa yang paling pokok bagi manusia
termasuk bagi anak. Kasih sayang merupakan komponen dasar yang paling
utama dalam proses pembentukan karakter atau akhlak anak. Anak yang
kurang kasih sayang cenderung mempunyai karakter yang tidak baik.
Mendidik denan kasih saying selain diajarkan secara langsung dari
keluarga, juga dilaksanakan di sekolah. Mendidik dengan kasih sayang
merupakan usaha tersendiri bagi pendidik.

b. Pembelajaran Berbasis Kebersamaan

Pembelajaran berbasis kebersamaan merupakan strategi belajar dengan
sejumlah siswa sebagai anggota kelompok kecil yang kemampuannya
berbeda-beda, setiap anggota harus saling bekerjasama, belajar belum
dikatakan selesai jika salah satu teman dalam kelompok belum menguasai
pelajaran. Dengan menerapkan konsep pembelajaran berbasis kebersamaan
setiap anak akan mempunyai tanggung jawab tentang pentingnya
menghargai orang lain, bertanggung jawab dan memberikan kesempatan
kepada orang lain untuk berpendapat dan berkeksplorasi.

c. Pembelajaran Berbasis Ketauhidan

Makna tauhid berarti mengesakan Allah atau kuatnya kepercayaan bahwa
Allah hanya satu. Hal ini berkaitan dengan akidah yaitu apa yang
diyakini oleh anak, akidah yang benar akan menjadi landasan seseorang
untuk melakukan amal perbuatannya. Akidah yang benar akan menuntun
anak untuk berbuat yang benar dan nilai-nilai kebenaran.

d. Pembelajaran Berbasis Kemandirian

Belajar mandiri memandang siswa sebagai manajer dan pemilik tanggung
jawab dari proses pelajaran mereka sendiri. Belajar mandiri
mengintegrasikan self-management (manajemen konteks, menentukan
setting, sumber daya dan tindakan) dengan self monitoring (siswa
memonitor, mengevaluasi dan mengatur srategi belajarnya), kemandirian
sangat penting diajarkan kepada anak supaya anak saat beraktivitas
tidak bergantung dengan orang lain.[7]

e. Pembelajaran berbasis kreativitas

Kreativitas merupakan kemampuan yang mencerminkan kelancaran,
keluwesan, fleksibilitas dan orisinilitas dalam berpikir serta
kemampuan untuk berpikir serta kemampuan untuk mengelaborasi,
memperkaya, memerinci suatu gagasan. Sarana bermain adalah salah satu
cara untuk merangsang dorongan eksperimen dan eksploitasi yang penting
untuk mengembangkn kreativitas, pembelajaran ini juga bisa dilakukan
dengan bercerita karena dapat meningkatkan imajinasi dan fantasi
anak.[8]

f. Pembelajaran berbasis lingkungan

Lingkungan merupakan hal yang penting dalam proses pendidikan. Bagi
anak usia dini, lingkungan adalah tempat yang paling dominan untuk
mengembangkan segala potensi yang dimilikinya. Lingkungan berpengaruh
kepada kepribadian anak dan membentuk watak anak. Dalam upya
menanamkan pendidikan karakter sejak dini lingkungan perlu dibuat dan
dijadikan sebaga sarana pembelajran seoptimal mungkin yang pada
gilirannya anak dapat belajar mengenal diri sendiri maupun orang lain
atau bahkan masyarakat, serta lingkungan. [9]

3. Nilai-Nilai Pendidikan Karakter

Nilai-nilai pendidikan karakter harus diimplementasikan dalam
kehidupan sehari-hari dalam kehidupan anak. Pendidikan karakter lebih
menekankan kepada kebiasaan yan positif, kebiasaa-kebiasaan inilah
yang kemudian akan menjadi suatu karakter yang membekas dan tertanam
dalam jiwa anak. Berikut adalah nilai-nilai pendidikan karakter yang
dapat diimplemtasikan dalam kegiatan pembelajaran pada anak usia dini.

a. Relejius, yaitu sikap dan prilaku yang patuh dalam melaksanakan
ajaran agama yang di anutnya, toleran terhadap pelaksanaan agama lain
dan hidup rukun dengan pemeluk agama lain.

b. Jujur, yaitu prilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan
dirinya sebgai orang yang selalu percaya dalam perkataan, tindakan dan
pekerjaannya.

c. Torelansi, yakni sikap dan tindakan untuk menghargai setiap
perbedaan, baik agama, suku, etnis, pendapat, sikap dan pendapat orang
lain.

d. Displin, tindakan yang menunjukan prilaku yang tertib dan patuh
pada berbagai ketentuan dan peraturan.

e. Kerja keras, sikap atau prilaku yang menunjukan upaya
sungguh-sungguh dalam mengatasi berbagai hambatan belajar dan tugas,
serta menyelesaikan tugas dengan sebaik-baiknya.

f. Kreatif, berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara
atau hasil baru dari sesuatu yang telah dimilikinya.

g. Mandiri, yang merupakan prilaku yang tidak mudah bergantung
kepada orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugasnya.

h. Demokratis, cara bersikap dan bertindak yang menilai sama hak
dan kewajiban dirinya dengan orang lain.

i. Rasa ingin tahu, sikap untuk selalu berupaya untuk mengetahui
lebih dalam dari sesuatu yang telah dipelajarinya.

j. Semangat kebangsaan, berwawasan kebangsaan dan menempatkan
kepentingan bangsa diatas kepentingan diri dan kelompoknya.

k. Menghargai prestasi, sikap yang mendorong dirinya untuk
menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat.

l. Bersahabat dan komunikatif, tindakan yang memperlihatkan
senang berbicara, bergaul dan bekerja sama dengan orang lain.

m. Cinta damai, yakni prilaku yang menyebabkan orang lain merasa
senang dan aman atas kehadirannya.

n. Gemar membaca, kebiasaan untuk menyediakan waktu untuk membaca
berbagai bacaan yang memberikan kebajikan dirinya.

o. Peduli lingkungan, sikap untuk perduli terhadap alam sekitar,
menjaga dan mengembangkan lingkungan sekitarnya.

p. Peduli sosial, sikap yang selalu ingin memberikan bantuan
kepada orang lain dan masyarakat yang membutuhkan.

q. Tanggung jawab, sikap atau prilaku untuk melaksanakan tugas dan
kewajibannya.[10]

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa penanaman nilai
karakter anak berarti menanamkan nilai moral agar anak memiliki akhlak
yang baik yang dapat menjadi bekalnya dimasa dewasa. Menurut
Indonesian Heritage Fondation seperti yang dikutip oleh Dharma Kesuma
ada 9 karakter yang perlu ditanamkan pada setiap diri anak Indonesia
yakni:

1. Cinta Tuhan dan segenap ciptaa-Nya (love Allah, Trust,
reverence, loyalty)

2. Kemandirian dan tanggung jawab (responsibility, excellence,
self reliance, discipline, orderliness)

3. Kejujuran/amanah, bijaksana (trustworthiness, reability, honesty)

4. Hormat dan santun (respect, courtesy, obidien)

5. Dermawan, suka menolong dan gotong royong (love, compassion,
caring, emphaty, generousity, moderation, cooperation)

6. Percaya diri, kreatif, dan pekerja keras (confident,
assertiveness, creativity, resourcarefulness, courage,
determinationand anthusiasm)

7. Kepemimpinan dan keadilan (justice, fairness, mercy, leadership)

8. Baik dan rendah hati (kindness, friendliness, humility, modesty)

9. Toleransi dan kedamaian dan kesatuan (tolerance, flexibility,
peacefulness, unity)[11]

Pembentukan karakter melalui penanaman nilai-nilai yang baik harus
dimulai sejak dini. Pembentukan karakter anak dari dini akan membentuk
pemimpin-pemimpin berkarakter yang baik di masa mendatang.






________________________________

[1] Doni Koesoma A (2010) Pendidikan Karakter: Srategi Mendidik Anak
di Zaman Modern Global, Jakarta: Grasindo, hal 80

[2] Doni Koesoma A, Pendidikan Karakter…, hal. 80

[3] Doni Koesoma A, Pendidikan Karakter…, hal. 81

[4] Muhammad Fadlillah dan Lilif Mualifatu Khorida, Pendidikan
Karakter…., hal. 21

[5]Fatchul Mu'in, (2011), Pendidikan Karakter: Kontruksi Teoritik dan
Praktek, Yokyakarta: Ar-Ruzz, hal 161.

[6] Muhammad Fadlillah dan Lilif Mualifatu Khorida, Pendidikan
Karakter…., hal. 21

[7] Muhammad Fadilah, Pendidikan Karakter Anak ....hal 119

[8] Iman Musbikin (2006) Mendidik Anak Kreatif Ala Einstein
Yogyakarta: Mitra Pustaka, hal 7

[9] Rita Mariyana (2010) Pengelolaan Lingkungan Belajar Jakarta:
Kencana Prenada Media Group, hal 34

[10] Muhammad Fadilah, Pendidikan Karakter Anak…,hal 119

[11] Dharma Kesuma, dkk, Pendidikan Karakter…, hal.14